106-metode-penelitian-pengertian-tujuan-jenis

bluntas (pluchea indica)

Beluntas merupakan suatu tanaman obat tradisional Indonesia. Tanaman beluntas memiliki habitat perdu dengan tinggi 1-1,5 m. Memiliki batang berkayu, bulat, tegak, bercabang, bila masih muda berwarna ungu setelah tua warnanya putih kotor. Memiliki daun tunggal yang berbentuk bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, berbulu halus, panjang 3,8-6,4 cm, lebar 2-4 cm, pertulangan menyirip, warna hijau muda hingga hijau. Memiliki bunga yang majemuk, mahkota lepas, putik bentuk jarum, panjang ± 6 mm, berwarna hitam kecoklatan, kepala sari berwarna ungu, memiliki dua kepala putik yang berwarna putih atau putih kekuningan. Akar beluntas merupakan akar tunggang dan bercabang (Sulistiyaningsih, 2009).

Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) bahwa klasifikasi tumbuhan beluntas yaitu

Divisi        : Spermathophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas        : Dicotyledonae

Bangsa     : Asterales

Suku         : Asteraceae

Marga       : Pluchea

Jenis         : Pluchea indica Less.

Beluntas biasa  tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu. Tumbuhan ini memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikit naungan, banyak ditemukan di daerah pantai dekat laut sampai ketinggian 1.000 m dpl.  Beluntas sering digunakan sebagai tanaman pagar dan pembatas di perkebunan atau rumah di pedesaan. secara tradisional daunnya banyak digunakan sebagai obat untuk menghilangkan bau badan, obat penurun panas, obat batuk, dan obat antidiare. Daun beluntas yang telah direbus sering pula digunakan untuk mengobati penyakit kulit daun beluntas juga sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan (Winarno dan Sundari, 1998).

Ekstraksi Daun Beluntas

Dari Beberapa penelitian di sebutkan bahwa daun beluntas memilki beberapa kandungan senyawa bioaktif. Menurut luger dkk (2000) bahwa daun beluntas mengandung senyawa lignan, fenilpropanoid, benzoid, monoterpen, sterol dan alkana. Pada akar beluntas di ketahui mengandung senyawa stigmasterol (+ß-sitosterol), stigmasterol glikosida (+ß-sitosterolglikosida),2-(prop-1-unil)-5-(5,6- dihidroksi heksa-1,3-diunil)-thiofena dan katekin. Sedangkan pada daun beluntas diketahui mengandung senyawa hidrokuinon, tanin, alkaloid, sterol, flavonol (Ardiansyah dkk, 2003).

Beberapa senyawa yang terkandung dalam daun beluntas di ketahui memiliki aktivitas antioksidan karena termasuk sebagai senyawa fenolik. Senyawa fenolik dapat berperan sebagai antioksidan karena memiliki kemampuan untuk  menangkap radikal bebas dengan cara mendonorkan atom hidrogen dan meredam oksigen singlet. Menurut Paini dkk, (2008) ekstrak daun beluntas ruas 4-6 dengan pelarut metanol pada konsentrasi 5-10 ppm mampu menghasilkan aktivitas antioksidan sebesar 40-70%. Daun beluntas juga di ketahui memiliki kandungan total fenol sebesar 234.65 mg GAE (gallic acid equivalent)/100 g berat sampel kering (Paini dkk, 2008).

Selain itu, menurut Widyawati dkk,(2010) pada penelitiannya terhadap ekstrak daun beluntas menyatakan  bahwa ekstrak daun beluntas mengandung total fenol dan total flavonoid masing-masing sebesar 234,65 mg GAE (gallic acid equivalent)/100 g bk dan 2163,59 mg QE (Quercetin equivalent)/100 g bk serta memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu 3,71 mg/L.

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan keluar atau proses pemisahan suatu bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Proses pemisahan komponen yang terlarut pada suatu campuran di pisahkan dari komponen yang tidak larut dengan menggunakan pelarut yang sesuai seperti pelarut polar atau nonpolar. Pada proses tersebut terjadi pemisahan pada komponen yang memiliki kelarutan yang lebih rendah terhadap pelarut yang dipakai. Produk hasil ekstraksi yaitu ekstraknya yang merupakan campuran pelarut dan komponen yang terlarut (Hui, 1992).

Proses ekstraksi daun beluntas diawali dengan preparasi bahan daun beluntas. Setelah daun beluntas di petik lalu dilakukan sortasi. Kemudian dilakukan pengeringan pada suhu 50oC selama ±8 jam sampai terlihat kering. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kadar air sehingga memudahkan pada saat proses penghancuran dengan blender. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi. Salah satu metode ekstraksi yang dapat di gunakan yaitu metode infusa. Metode ekstraksi infusa yaitu proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut Aquades dan dilakukan pemanasan pada suhu 80-100oC selama 30-60 menit. Selanjutnya didinginkan dan dilakukan penyaringan untuk di dapatkan filtratnya (Estiasih dkk, 2012).


Sumber: http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/09/tumbuhan-beluntas-pluchea-indica-less/