106-metode-penelitian-pengertian-tujuan-jenis

TENUN SONGKET MELAYU RIAU

1. Pengertian 

Songket melayu Riau merupakan kain tenunan tradisional melayu Riau yang di tenun dengan tangan dengan menggunakan benang emas dan benang perak. Kain hasil tenunan Songket Melayu memiliki banyak keunikan dan kaya dengan nilai keindahan atau estetika sebagai bentuk gabungan dari unsurunsur budaya yang biasanya melambangkan corak, pandangan dan pemikiran masyarakat Melayu. Ragam dari motif/corak kain tenunan Songket sangatlah erat hubungannya antara manusia dengan alam sekitar, baik hewan maupun tumbuhan. Ragam tersebut sekaligus juga mencerminkan cara dan pandangan hidup umat manusia.

2. Sejarah Songket

Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sebagian orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India dan Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani (thailand), dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu (malaysia) sekitar tahun 1500-an.

Industri kecil rumahan tenun songket kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11). 

Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok danSumbawa. Tiap-tiap daerah memiliki Masing masing Nama yang berbeda beda, misalnya songket Aceh dari Provinsi Nangro Aceh Darusalam, Songket Batubara Dari Provinsi Sumatra Utara, Songket Melayu Riau Dari Provinsi Riau, Songket Pandai Sikek dari Provinsi Sumatra Barat, Songket Palembang Dari Sumatra Selatan dan Masih Banyak Lagi Ragam Macam Jenis Songket Lainnya Di Indonesia.

Teknik pembuatan pun hampir serupa dari tiap-tiap daerah, yang membedakan nya biasanya terletak dari motif dan ragam coraknya. Namun ada beberapa corak dan motif tadi yang hampir sama di tiap daerahnya, tidak hanya motif dan corak, penamaanya pun hampir sama seperti, Motif Pucuk Rebung, Siku keluang,Tampuk manggis, semut beriring, itik pulang petang dan lain-lain

3. Sejarah Songket Melayu Riau

Orang yang pertama memperkenalkan tenun ini adalah wanita bernama Wan siti Binti Wan Karim, seorang pengrajin yang di datangkan dari kerajaan Trengganu Malaysia pada masa kesultanan Melayu di Riau yaitu kesultanan Siak Sri Indrapura (sekarang menjadi kabupaten siak) yang di perintah oleh sultan Sayid Ali (1784-1810) pada masa itu. Wan Siti adalah seorang Wanita yang cakap dan terampil dalam bertenun dan beliau mengajarkan bagaimana bertenun kain songket, bagi sultan dan kaum bangsawan Siak, tenunan ini menjadi simbol keagungan dan kewibawaan, sedangkan bagi pengerajinnya merupakasimbol pengabdian kepada sultan dan keluarganya. Karena pada saat itu hubungan kenegerian Kesultanan Siak dengan negerinegeri melayu di semenanjung sangat lah erat, terutama juga dalam hal seni dan budaya melayu yang satu. Pada awalnya kain tenun siak ini dibuat terbatas bagi kalangan bangsawan saja terutama Sultan dan para keluarga serta para pembesar kerajaan di kalangan Istana Siak, kemudian menyebar di sekitar keraton kesultanan Siak dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Siak. Tokoh Wanita Melayu Riau yang sangat berperan dalam mengembangkan kerajinan kain tenun songket melayu Siak di Riau adalah Tengku Maharatu. Tengku Maharatu adalah permaisuri Sultan Syarif Kasim II (sultan syarif kasim II merupakan pahlawan Nasional dari provinsi Riau pada masa Indonesia memulai kemerdekaaan) yang kedua, setelah  permaisuri pertama, Tengku Agung meninggal dunia. Dia melanjutkan perjuangan kakaknya dalam meningkatkan kedudukan kaum perempuan di Siak dan sekitarnya, yaitu dengan mengajarkan cara bertenun yang kemudian dikenal dengan nama tenun Siak. Tenun Siak yang merupakan hasil karya kaum perempuan telah menjadi pakaian adat Melayu Riau yang dipergunakan dalam pakaian adat pernikahan dan upacara lainnya.

4. Alat Serta Bahan Yang Di Gunakan Pada Tenun Songket

Pada awalnya tenun yang diajarkan adalah merupakan tenun tumpu dan kemudian bertukar ganti dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan "Kik".alat tenun Kik adalah alat tenun yang cukup sederhana dari bahan kayu berukuran sekitar 1 x 2 meter. Sesuai dengan ukuran alatnya, maka lebar kain yang dihasilkan tidaklah lebar sehingga tidak cukup untuk satu kain sarung, maka haruslah di sambung dua yang disebut dengan kain "Berkampuh". Akibatnya untuk mendapatkan sehelai kain,  terpaksa harus ditenun dua kali dan kemudian hasilnya disambung untuk bagian atas dan bagian bawah yang sudah barang tentu memakan waktu yang lama. Seiring berkembangnya waktu penggunaan alat tenun “Kik” yang kurang efisien kini di ganti dengan alat yang baru yang bernama Alat tenun bukan mesin (ATBM) hingga kini. Kekurangan kekurangan pada alat tenunn “Kik” Tadi di sempurnakan oleh ATBM sehingga untuk membuat selembar sarung songket tidak perlu di sambung dua kali. Dalam bertenun songket memerlukan bahan baku benang, untuk benang dasar nya sendiri disebut benang lungsi/Lusi/Lungsin yang terbuat dari sutera ataupun katun berwarna yang kemudian dipadukan dengan benang emas dan perak sebagai ornamen/motif atau hiasan yang biasa di sebut benang pakan. Dikarenakan benang sutera sudah susah didapat, maka lama kelamaan orang hanya menggunakan benang katun. Dan hinggakini kain tenun songket siak dikembangkan pembuatannnya melalui benang katun tersebut.

5. Ragam Jenis Songket Melayu Riau

Secara keseluruhan di provinsi Riau Terdapat beberapa Ragam tenun Songket antara lain ; Tenun Songket Melayu Siak, Tenun Songket Melayu Pekanbaru, dan Tenun Songket Indragiri. Ketiga-tiganya masuk dalam Songket melayu Riau. Seperti yang sudah di ketahui, tenun songket melayu Siak merupakan yang pertama masuk ke wilayah Riau, melalui trengganu (malaysia) kemudian menyebar ke kesultanan Siak Sri Indrapura. Songket berkembang sangat pesat di kesultanan Siak, dari songket melayu Siak inilah yang menjadi cikal bakal dari songket melayu pekanbaru. Dari Asal usul tenun Songket melayu pekanbaru ini bermula pada saat Kesultanan Siak memindahkan pusat pemerintahan sekaligus ibukota kerajaan dari mempura (Siak) ke Kampung Bukit, Senapelan (Pekanbaru). dari kawasan yang berada di tepian sungai Siak Itulah bermula negeri yang bernama Pekanbaru, kemudian Songket serta merta menyebar kewilayah sekitar tersebut. Songket Indragiri telah ada sejak puluhan tahun yang lalu di Kerajaan Indragiri (sekarang terdapat 2 kabupaten bernama kabupaten Indragiri hilir dan indragiri hulu). Asal mula kain tenun Indragiri dibawa oleh orang-orang perehu atau disebut dengan orang dagang yang menetap di Indragiri yang berpusat di Kota Rengat. Pada masa tertentu sesudah berakhirnya masa Kerajaan Indragiri, tenun ini sempat menghilang dan sulit dicari. Kain hasil tenunan lama tersebut hanya dimiliki orang – orang tertentu, yaitu keluarga raja atau pembesar kerajaan yang menyimpannya dengan hati-hati sekali. Barulah pada sekitar tahun 1992, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hulu kembali mengkaji dan mengangkat tenun ini dan menumbuhkan kembali tenun songket indragiri. Dikabupaten Indragiri Hilir , khususnya di Kecamatan Khairiah Mandah, masyarakat Melayu juga membuat kerajinan tenun songket dengan alat tenun tumpu. Motif-motif yang dipakai tidak menggunakan benang emas. Tenun ini banyak memiliki kesamaan dengan tenun Bugis. Kerajaan tenun songket di daerah Indraggiri Hilir juga dikembangkan oleh masyarakat pendatang dari Sulawesi Selatan (suku bugis) yang merantau ke Indragiri Hilir untuk berkebun kelapa dan membuka lahan pertanian. Keterampilan bertenun yang telah mereka miliki didaerah asalnya mereka kembangkan di tempat yang baru. Saat ini, industri kerajinan tenun Songket Indragiri Hilir telah menyebar ke beberapa wilayah di Kabupaten Indragiri Hilir.

6. Proses Pembuatan Songket Melayu Riau

Proses pembuatan kali ini yaitu proses yang menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang terbagi atas beberapa tahapan diantaranya :

1. Tahap persiapan

Yang perlu di lakukan pada tahap persiapan ini yaitu :

• Persiapan membuat motif tenunan. Ini merupakan tahap paling awal yang perlu di lakukan dalam proses menenun. Umumnya motif yang di buat yaitu motif yang sudah ada dan menjadi ciri khas dari songket Riau. Namun perlu kreatifitas dari para penenun nantinya dalam menciptakan ide-ide baru serta motif baru, sehingga menambah motif songket melayu Riau ini

• Mempersiapkan bahan-bahan, seperti benang, warna apa yang di inginkan, dan juga jumlah yang di perlukan dalam menenun nantinya.

• mempersiapkan peralatan yang di perlukan, karena keberadaan peralatan sangat menentukan kelancaran proses pembuatan tenunan. biasanya peralatan menun (ATBM) sudah tersedia tinggal mengecek apa ada masalah pada alat tersebut.

2. Tahap Perendaman

• Untuk bahan benang menggunakan benang katun yang banyak di jual di pasaran.

• Benang di rendam terlebih dahulu dan di beri cairan pemutih pada benang yaitu water glass, alkali, H2O2 diaduk satu persatu hingga merata dalam satu bak pemutih dicampur dengan air.

• Lama perendaman memakan waktu 1 hari 1 malam.

3. Tahap Pewarnaan dan penjemuran

• Benang yang di rendam di atas kemudian diangkat tahap berikutnya yaitu penjemuran benang menggunakan bambu atau kayu sebagai pengait. Penjemuran benang tidak boleh mengenai sinar matahari langsung. penjemuran memakan waktu 1 jam, jika di rasa sudah cukup benang diangkat dan masuk tahap selanjutnya.

• Pewarnaan benang di warnai sesuai dengan warna kain yang hendak di buat.

• Pewarna menggunakan pewarna buatan yang lebih mudah di jumpai oleh peserta pelatihan. Zaman dulu untuk membuat pewarna kain songket masih menggunakan pewarna alami seperti dari serat kulit pohon angsana, pohon sepang, kulit kayu tinggi, buah kesumba dan lainlain. Namun bahan bahan seperti itu sangat susah di jumpai zaman sekarang. Jadi pewarnaan yang di gunakan pada pelatihan menggunakan pewarnaan buatan yang lebih mudah di jumpai.

• Setelah benang diwarnai tahapan selanjutnya yaitu penjemuran benang. Penjemuran tidak boleh di lakukan di bawah sinar matahari langsung. Tujuannya agar benang yang sudah di warnai tidak mudah rusak dan warna tidak cepat pudar.

4. Tahap mengelos

• Tahapan ini yaitu benang yang sebelumnya di jemur kemudian diangkat dan selanjutnya benang di kelos menggunakan alat yang bernama kincir. (masing masing daerah berbeda-berbeda terkait penamaan alat dan tahapan ini)

• Tujuan mengelos yaitu benang dapat di jadikan bonbin.

5. Tahap menghani Proses penghanian benang (hani boom) merupakan proses pembuatan benang rentang yang merupakan bahan baku utama pada proses pembuatan kain tenun songket. Proses penghanian benang meliputi:

• Benang bobin yang sebelumnya telah jadi kemudian di kumpulan dan selanjutnya di susun di rak-rak hani 

• Proses penghanian selanjutnya yaitu dimulai dengan pengelosan benang ke bobin terus dipasang di rak hani supaya mudah tidak kusut dan putus, dan benang yang ada di bobin dimasukkan ke mata gun yang jumlah nya tidak terlalu banyak, baru dimasukkan ke sisir yang yang pendek. Kemudian benangnya ditarik tidak terlalu panjang untuk diikat di mesin hani yang besar, lalu digulung dengan hitungan meter sesuai berapa panjang yang hendak kita hanikan. Penghanian ke mesin hani, dilakukan berkali-kali, karena jumlah bobin yang digunakan tidak terlalu banyak, sekitar 1000 bobin. Setelah siap digulung benang tersebut kemudian ditarik sekitar 1 m, lalu diikat di kayu hani boom tersebut sebanyak benang yang sudah kita gulung tadi. Penggulungan di kayu hani boom hampir sama dengan penggulungan di mesin hani boom. Melakukannya juga berkali-kali, dengan lebar sesuai yang kita kehendaki. Biasanya sesuai takaran yang sering dipergunakan sekarang adalah sekitar 120 cm. Baru kemudian gulungan benang tersebut siap untuk dipergunakan pada menin tenun ATBM sebagai benang rentang. 

6. pencucukan Benang

• benang yang sudah diani di rentangkan menjadi benang longsi, dan di tarik ke pangkal dengan terlebih dahulu disisipkan menggunakan gun (karap), dan sisir besi.

• proses awal pembuatan yaitu menyusun benang dan menyusunya pada ujung ATBM, proses ini disebut dengan (mengani). kemudian benang yang diani di rentangkan menjadi benang longsi, dan di tarik ke pangkal dengan terlebih dahulu disisipkan menggunakan gun (karap), dan sisir besi.

7. Proses pembuatan kain tenun

• Setelah proses pemasukan benang ke Gun dan Sisir sudah selesai, maka benang Hani Boom yang ada diatas mesin di turunkan dan di rentangkan untuk kemudian di Stel dan diikat.

• Tahap berikutnya yaitu proses menenun songket melayu Riau. pangkal gabungan tadi kemudian di ikatkan pada paku penggulung, selanjutnya benang pakan di masukan dari sisi kiri dan kanan melalui sebuah torak (teropong), yang di dalamnya terdapat pleting (gulungan benang). lalu, sisir besi kemudian di hentakan kearah penenun (disebut melantak), sehingga terbentuk garis kain baru dari hasil persilangan dua benang longsen dan benang pakan. begitu seterusnya hingga menjadi selembar sarung songket. bersamaaan dengan itu kemudian penenun menyisipkan benang emas atau perak diantara benang longsen yang ada. proses ini di sebut memungut. semakin banyak motif yang di beri, maka semakin lama pula pengerjaan dalam membuat sehelai songket.

7. Motif Dan Corak Songket Melayu Riau

Songket melayu riau mempunyai banyak sekali corak serta motif dan variasi. Songket melayu Riau banyak mengambil motif di awan seperti dari tumbuhan serta hewan, juga beberapa benda luar angkasa seprti bulan dan bintang. Di Masing masing motif serta variasi tersebut terdapat filosofi yang terkandung di dalamnya. Proses stilirisasi terhadap apa yang di lihat di lingkungan sekitar menunjukkan betapa perajin songket dahulunya tidak hanya memiliki pemahaman yang mendalam terhadap alam di sekitarnya, tetapi juga memiliki imajinasi yang tinggi kemudian di lukiskan dalam selembar tenun songket. Berikut beberapa motif dan corak dalam songket melayu Riau, diantaranya : 

1. Pucuk rebung bersiku keluang Pucuk dengan variant Tampuk manggis memiliki filosofi yaitu rebung bersiku keluang Dipakai untuk tenun dan tekat Laba beruntung muka belakang Sampailah pinta terkabul niat 

2. Pucuk rebung berpetak wajit  dengan Variant Tampuk manggis memiliki filosofi Pucuk rebung berpetak wajit Didalamnya ada kuntum bercabang Kasih bersambung nasib pun baik Hidup sejahtera dadapun lapang 

3. Pucuk rebung daun melambai Pucuk rebung daun melambai Di puncaknya mahligai putri Tuah sekampung hidup damai Dimana tegak bertambah rezeki

 4. Wajik petak tabur Hiasan wajik petaak tabur Walau bertabur serasi juga Sanggam duduk bermanis tutur Tahu bersyukur budinya mulia

5. Pucuk Rebung berkawan memiliki filosofi Hiasan pucuk rebung berkawan Tanda hidup mengandung iman Tanda berkaum menjaga teman Tanda sayang tak berkesudahan 

6. Tampuk manggis bersilang memiliki filosofi Hiasan tampuk manggis bersilang Tidak berisi kiri kananya Nama elok hidup terpandang Variant Tiada umpat kejinya 

7. Wajit laksamana raja dengan Variant Tampuk manggis tersamar memiliki filosofi Memakai wajit laksemana raja Besar bertuah kecilnya manja Akan menjadi seberang kerja Akan tertegak adat lembaga 

8. Kaluk paku bersela kuntum Kaluk paku memiliki filosofi bersela kuntum Tangkainya rapat hiasan indah Niat sampai mulut tersenyum Kasih berlebih sayang bertambah

9. Mumbung nipah berpadi tabur memiliki filosofi Hiasan bernama mumbung nipah Berpadu dengan buah padi Hidup rukun rezeki berlimpah Dunia akhirat tuah berdiri

10 . Tampuk manggis berpetak wajit memiliki filosofi Tampuk manggis berpetak wajit Boleh tunggal boleh berpadu Laku buruk orang kan jijik Hidup menyesal karena malu 



Sumber : http://repository.untag-sby.ac.id/