Thalasemia
Pengertian Thalassemia
Thalassemia merupakan kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika, sehingga menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah (hemoglobin) tidak berfungsi secara normal. Zat besi yang diperoleh tubuh dari makanan sehaerusnya digunakan oleh sumsum tulang untuk menghasilkan hemoglobin. Fungsi hemoglobin dalam sel darah merah sendiri sangat penting, karena ia akan mengantarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh anggota tubuh.
Mereka yang mengidap thalassemia memiliki sedikit kadar hemoglobin yang berfungsi dengan baik lebih. Oleh karena itu, tingkat oksigen dalam tubuh pengidap thalassemia pun ikut rendah.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat dialami jika tubuh kekurangan oksigen:
Mudah mengantuk.
Letih.
Pingsan.
Sulit bernapas.
Baca juga: Harus Tahu, Ini 5 Fakta Thalasemia pada Anak
Faktor Risiko Thalassemia
Thalassemia merupakan penyakit keturunan. Oleh karena itu, faktor risiko utama dari thalassemia adalah mutasi genetik yang diwariskan dalam keluarga. Seseorang bisa mengidap thalasemia jika salah satu atau kedua orangtuanya juga mengidap penyakit ini. Selain itu, ras dan etnis tertentu juga meningkatkan risiko penyakit ini. Pasalnya, kelainan darah ini akan lebih mungkin dan umum dialami oleh orang-orang Asia, Mediterania, dan keturunan Afrika-Amerika.
Penyebab Thalassemia
Mutasi yang terjadi pada DNA yang membuat hemoglobin pembawa oksigen ke seluruh tubuh merupakan penyebab seseorang bisa mengidap thalassemia. Penyakit ini terjadi akibat kelainan pada faktor genetika, tetapi penyebab pasti mutasi gen ini bisa terjadi belum diketahui.
Risiko terkena komplikasi thalassemia juga bisa dikurangi dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Beberapa kemungkinan komplikasi thalassemia yang bisa saja terjadi adalah hepatitis, osteoporosis, pubertas yang tertunda, dan gangguan pada ritme jantung.
Baca juga: Hati-Hati, Ini 5 Komplikasi yang Dapat Terjadi Saat Terserang Thalassemia
Gejala Thalassemia
Gejala thalassemia yang dialami oleh setiap orang itu berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan dan tipe thalassemia yang diidap. Supaya bisa bekerja dengan normal, hemoglobin memerlukan 2 protein alfa dan 2 protein beta.
Kelainan pada protein alfa dikenal dengan thalassemia alfa dan pada protein beta adalah thalassemia beta. Jika terjadi banyak mutasi pada material genetika yang membuat hemoglobin, thalassemia yang diidap akan parah. Untuk kasus yang parah, transfusi darah akan sering dibutuhkan. Namun, jika mutasi yang terjadi sedikit atau terbatas, maka gejala bisa lebih ringan. Contoh gejala pengidap thalassemia adalah berat badan yang rendah, mengalami gejala anemia seperti sesak napas dan mudah lelah, dan sakit kuning.
Diagnosis Thalassemia
Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memastikan apakah seseorang mengidap thalassemia atau tidak. Dibutuhkan pemeriksaan fisik terkait tanda anemia serta pembesaran organ limpa dan hati. Sementara itu, beberapa pemeriksaan penunjang lain yag bisa dilakukan adalah:
Menghitung sel darah lengkap.
Sediaan hapus darah tepi, dengan cara melihat gambaran sel darah di bawah mikroskop.
Analisis hemoglobin atau protein sel darah merah.
Menghitung jumlah zat besi.
Pemeriksaan gen atau DNA.
Sementara pada ibu hamil, terdapat beberapa pemeriksaan penunjang tambahan, antara lain:
Chorionic villus sampling. Tes yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan plasenta untuk dianalisis. Pemeriksaan ini bisa dilakukan saat kehamilan mencapai minggu ke-11.
Aminocentesis. Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel air ketuban dan dilakukan saat kehamilan sudah memasuki minggu ke-16.
Baca juga: Ini Pentingnya Skrining Thalassemia Sebelum Menikah
Komplikasi Thalassemia
Komplikasi thalassemia yang serius bisa terjadi jika tidak segera mendapat perawatan tepat. Komplikasi yang bisa muncul meliputi pertumbuhan yang terhambat, gagal jantung, kerusakan organ dalam tubuh, dan penyakit hati. Parahnya lagi, kematian dapat terjadi akibat komplikasi thalassemia parah yang tidak ditangani dengan serius.
Pengobatan Thalassemia
Thalassemia bisa diobati dengan dua metode perawatan, yaitu dengan transfusi darah tali pusat dan transplantasi sumsum tulang. Namun metode perawatan ini tidak cocok untuk semua pengidap thalassemia dan malah dapat menyebabkan terjadinya sejumlah komplikasi.
Transfusi darah secara rutin sangat diperlukan bagi pengidap thalassemia beta. Namun, hal ini bisa berakibat menumpuknya zat besi di dalam tubuh dan menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. Perawatan yang bertujuan menyingkirkan zat besi berlebih di dalam tubuh juga bisa dilakukan dengan terapi khelasi.
Pencegahan Thalassemia
Untuk mencegah bayi yang baru lahir mengidap thalasemia, terdapat beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan, antara lain:
Pasangan yang ingin merencanakan kehamilan perlu menjalani tes darah untuk melihat nilai hemoglobin dan melihat profil sel darah merah di dalam tubuh mereka.
Melakukan skrining thalassemia.
Konsultasi genetik.
Pemeriksaan prenatal.