106-metode-penelitian-pengertian-tujuan-jenis

Efek Larvasida Jus Serai Wangi

Efek Larvasida Jus Serai Wangi (Cymbopogon nardus. L) Terhadap Larva Nyamuk Anopheles SP Penyebab Penyakit Malaria

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit yang sering terjadi di Negaratropis, salah satunya Indonesia. Penyakit malaria ditularkan oleh suatu vector yaitu nyamuk Anopheles aconitus (Isti muyasroh dkk, 2009). Penyakit ini ditularkan melalui gigitan Anopheles aconitus betina yang mengandung circum sporozoit Plasmodium pada tubuhnya (Wigati, 2006).

Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal didaerah berisiko tertular malaria. Di Indonesia terdapat 15 juta kasus malaria setiap tahun dan 30.000 diantaranya meninggal dunia. Dari 293 kabupaten/kota di Indonesia, 167 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria. Daerah dengan kasus klinis tinggi dilaporkan dari wilayah timur Indonesia, seperti Propinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara. Kawasan lain di Indonesia yang angka malaria dilaporkan juga masih cukup tinggi adalah Propinsi Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bengkulu dan Riau (Sucipto, 2014).

Penyakit malaria di Propinsi Riau, yang lebih banyak terdeteksi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah Indragiri Hulu, Pelalawan, Siak, Rokan Hulu dan Rokan Hilir. Prevalensi malaria klinis Provinsi Riau adalah 20,29%, sebanyak 3 kabupaten/kota mempunyai prevalensi malaria klinis tertinggi yaitu di kabupaten Rokan Hilir, Kampar dan Kuantan Singingi. Kabupaten Rokan Hulumerupakan daerah dengan prevalensi malaria klinis terendah yaitu 3,12% (Riskesdas, 2007).

Pemberantasan dan pencegahan penularan penyakit malaria dilakukan dengan pengendalian terhadap vector dari penyakit tersebut dengan menggunakan bahan insektisida. Saat ini sudah banyak masyarakat yang menggunakan insektisida, namun sayangnya insektisida memberikan dampak negative bagi

lingkungan karena mengandung senyawa-senyawa kimia yang Terhadap manusia ataupun lingkungan sekitarnya.

Oleh karena itu, perlu pengembangan insektisida yang

berbahaya, baik

baru agar tidak

menimbulkan bahaya dan ramah lingkungan, hal ini diharapkan dapat diperoleh melalui penggunaan bioinsektisida. Bioinsektisida atau insektisida hayati adalah suatu insektisida yang terbuat dari tumbuhan yang mengandung bahan kimia (bioaktif) yang toksik terhadap serangga namun mudah terurai dialam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia, selain itu insektisidahayati juga bersifat selektif (Moehammadi, 2005).

Tanaman serai (Cymbopogoncitratus) merupakan tanaman daerah tropis

yang sering ditemui, terutama di Indonesia. Masyarakat sering memanfaatkan

tanaman ini sebagai salah satu bahan sup, dan bahan minuman. Pada beberapa penelitian sebelumnya, tanaman ini memiliki kemampuan sebagai bakterisida beberapa bakteri seperti Bacillus subtilis, Eschericia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella paratyphi, Shigella flexneri. Selain bakteri, tanaman ini juga memiliki kemampuan sebagai larvasi daterhadap larva nyamuk.(Nugroho, 2011)

Tanaman serai memiliki kandungan Fitokimia, kandungan inilah yang yang memiliki efek pengobatan. Adapun kandungan fitokimia dalam ekstrak serai wangi adalah Alkaloid, Citronella, Geraniol, Anthraquinon, Steroid, Asam Fenol (Derivat Caffeic dan P-coumaric), dan Flavonglikosida (derivate Apigenin dan Luteolin). Diantara bahan kimia yang dianggap yang berperan sebagai larvasida adalah Citronella (Sastriawan, 2014)

Penelitian sebelumnya menggunakan tumbuhan sereh sebagai Larvasida,

telah dilakukan oleh Ulfa et al (2009), bahwa air rebusan serai (Cimbopogon

citraes) pada konsentrasi 5%-20% berpengaruh terhadap tingkat penetasan telur nyamuk Larva/pupa nyamuk A. aegypti dan berpotensi sebagai insektisida alami karena toksisitasnya mampu menurunkan tingkat penetasan telur dan meningkatkan mortalitas pupa nyamuk A. aegypti.

Dari uraian diatas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang

efektivitas jus serai sebagai larvasida dalam membunuh larva nyamuk Anopheles

secara invitro. Hal ini perlu dilakukan untuk membuktikan efektifitas larvasida

dari jus serai wangi dapat menghambat pertumbuhan larva Anopheles, sehingga diharapkan jus serai juga dapat digunakan sebagai bahan untuk membunuh larva Anopheles

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti dapat merumuskan masalah penelitian apakah ada mortalitas larva Anopheles setelah pemberian Jus Serai wangi (Cymbopogon nardus. L) ?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Untuk mengetahui mortalitas larva Anopheles setelah pemberian Jus Serai wangi (Cymbopogon nardus. L)

Tujuan khusus

  1. Untuk mengetahui mortalitas larva Anopheles setelah pemberian jus serai wangi (Cymbopogon nardus. L)
  2. Untuk mengetahui konsentrasi Jus Serai wangi (Cymbopogon nardus. L) yang paling efektif terhadap mortalitas larva Anopheles.

Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya dibidang parasitologi.

Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan informasi serta referensi dibidang parasitologi bagi perpustakaan SMK Abdurrab Pekanbaru.

Bagi Masyarakat

Bahan tambahan dan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dari Jus Serai wangi (Cymbopogon nardus. L) sebagai larvasida terhadap larva Anopheles.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  • Klasifikasi Anopheles

Menurut Soedarto (2011), klasifikasi nyamuk Anopheles adalah : Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles sp.

  • Siklus hidup Anopheles

Nyamuk Anopheles mempunyai metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, pupa dan dewasa yang berlangsung selama 7–14 hari. Tahapan ini dibagi dalam 2 perbedaan habitat yaitu lingkungan air (aquatik) dan didaratan (terrestrial). Nyamuk dewasa muncul dari lingkungan akuatik ke lingkungan terrestrial setelah menyelesaikan daur hidupnya. Oleh karena itu, keberadaan air sangat dibutuhkan untuk siklus hidup nyamuk, terutama masa larva dan pupa. Nyamuk Anopheles betina meletakkan 50–200 butir telur secara terpisah atau satu persatu di dalam air.

Telur Anopheles mempunyai pengapung dan untuk menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2–3 hari. Pertumbuhan larva dipengaruhi oleh faktor suhu, nutrien, ada tidaknya binatang predator yang berlangsung sekitar 7–20 hari tergantung suhu. Kepompong (pupa) merupakan stadium terakhir dilingkungan akuatik dan tidak memerlukan makanan. Pada stadium ini terjadi proses pembentukan alat-alat tubuh nyamuk seperti alat kelamin, sayap dan kaki. Lama stadium pupa nyamuk jantan antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari pupa nyamuk betina, karena nyanyamuk jantan akan muncul kira-kira 1 hari lebih awal dari nyamuk betina (Rinidar, 2010).

Telur

Telur Anopheles berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya berbentuk seperti konveks dan bagian atasnya berbentuk seperti konkaf dan diletakkan satu persatu diatas permukaan air serta memiliki sepasang pelampung yang terletak dibagian lateral. Ukuran telur ±0,5 mm, dengan jumlah telur (sekali bertelur) 100–300 butir perhari,rata-rata 150 butir dengan frekuensi bertelur dua sampai tiga hari (Safar, 2010).

Telur menetas selama 2–3 hari, pada kondisi dingin telur menetas setelah 2–3 minggu. Suhu optimum untuk perkembangan telur Anopheles adalah 25 0C–360C, sedangkan suhu dibawah 200C dan diatas 400C akan meurunkan aktifitas biologisnya (Nugroho, 2009).

Gambar 2.1 Telur Anopheles (Sumber:Nugroho,2009)

Larva

Larva terdiri dari kepala, dada dan perut, berdiam mengapung sejajar dengan permukaan air karena adanya alat pernafasan berupa spirakel yang terdapat pada punggung segmen ke 8 atau 9. Jika terganggu larva bergerak turun dengan cara menghentak-hentak sambil menggulung dan meluruskan seluruh tubuhnya. Sebelum menjadi pupa, larva berkembang melalui 4 tahapan atau instar selama 9 – 12 hari (Iryani, 2011).

Larva nyamuk memerlukan lingkungan yang mengandung makanan antara lain mikroorganisme terutama bakteri, ragi dan protozoa yang cukup

kecil sehingga dengan mudah dapat masuk ke dalam mulutnya. Larva umumnya ditemukan di air yang bersih, rawa, hutan mangrove, sawah, parit, tepi sungai dan genangan air hujan (Nugroho,2009).

Gambar 2.2 Larva Anopheles (Sumber:Nugroho,2009)

Pupa

Pupa Anopheles berbentuk seperti koma, kepala dan thorax menyatu menjadi chepalothorax dengan abdomen yang melengkung. Seperti halnya larva, pupa juga sering naik kepermukaan air untuk bernafas. Pada stadium ini, pupa mempunyai tabung pernafasan atau yang disebut respiratory trumpet yang lebar dan pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari udara. Setelah beberapa hari bagian dorsal dari chepalothorax akan sobek dan akan muncul nyamuk dewasa. Waktu dari mulai pupa sampai muncul nyamuk dewasa adalah 1 – 2 hari (Nugroho,2009).

Gambar 2.3 Pupa Anopheles (Sumber:Nugroho,2009)

Nyamuk dewasa

Lama perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa bervariasi, tergantung pada suhu lingkungan, kelembaban dan sumber makanan. Pembentukkan nyamuk dewasa berkisar antara 10–14 hari. Tubuh nyamuk

dewasa terdiri

dari kepala, thorax dan abdomen. Pada

bagian kepala

mempunyai sepasang mata dan antenna yang bersegmen-segmen. Kepala juga mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah. Pada

bagian thorax terdapat tiga pasang kaki dan satu pasang sayap yang

berfungsi sebagai alat gerak (Nugroho, 2009).

Nyamuk Anopheles dapat dibedakan dengan nyamuk yang lain dari

palpi dan sayap. Palpi Anopheles mempunyai panjang yang sama dengan

probosis, sedangkan pada sayap terdapat bentuk anbalok berwarna hitam

putih. Anopheles dewasa juga mempunyai cirri khas pada saat posisi

istirahat, baik beberapa hari

jantan maupun betina akan nungging saat istirahat. Setelah muncul pupa menjadi dewasa, Anopheles dewasa akan

melakukan perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada sore hari

dengan cara jantan mendatangi sekawanan betina. Antara nyamuk jantan

dengan betina

dapat dibedakan dari antenanya, antena

nyamuk jantan

bersifat plumose sedangkan antena betina bersifat pilose (Nugroho,2009).

Gambar 2.2 Antena Dewasa Anopheles (Sumber:Nugroho,2009)

  • Perilaku nyamuk Anopheles
    1. Perilaku menggigit (feeding)

Waktu keaktifan mencari darah masing-masing nyamuk berbeda-beda, nyamuk yang aktif menggigit pada malam hari adalah Anopheles dan Culex sedangkan nyamuk yang aktif menggigit disiang haria dalah Aedes. Khusus untuk Anopheles, nyamuk ini suka menggigit diluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk betina (Nurmaini,2003). Nyamuk Anopheles betina menghisap darah manusia untuk perkembangan telurnya dan melakukan akifitas tersebut mulai dari pukul 18.00 hingga pukul

06.00 (Kawulur, 2015).

  • Penyakit yang ditularkan Anopheles

Malaria

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah malaria diambil dari bahasa Itali yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah- daerah rawah yang berbau busuk (Prabowo, 2008).

Ada empat spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Masing-masing Plasmodium menyebabkan infeksi malaria yang berbeda. Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax/terriana, Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falciparum/tropika, Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae/quartana, Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale (Sucipto, 2014).

  • Serai Wangi (Cymbopogon nardus. L)
    • Taksonomi Serai Wangi (Cymbopogon nardus. L.)

Klasifikasi tanaman sereh wangi menurut Ketaren (1985) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Subkingdom : Trachebionta Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Species : Cymbopogon nardus. L

  • Morfologi Serai wangi (Cymbopogon nardus.L)

Tanaman serai dipercaya berasal dari Asia Tenggara atau Sri Lanka. Tanaman ini tumbuh alami di Sri Lanka, tetapi dapat ditanam pada berbagai kondisi tanah di daerah tropis yang lembab, cukup sinar matahari dan memiliki curah hujan relatif tinggi. Saat ini, tanaman serai dapat ditanam meluas dalam kawasan tropika (Permadi, 2013).

Tanaman serai wangi memiliki akar yang besar. Akarnya merupakan akar serabut yang berimpang pendek. Batang tanaman serai wangi bergerombol dan berumbi, lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan. Batangnya bersifat kaku dan mudah patah serta tumbuh tegak lurus di atas tanah (Permadi, 2013).

Daun tanaman serai berwarna hijau tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, runcing dan berbau khas. Daunnya memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daunnya tersusun sejajar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm

sedangkan lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daunnya tipis serta pada permukaan dan di bagian bawah daun terdapat bulu halus (Budiasih, 2011).

Gambar 2.5 Serai Wangi (Cymbopogon nardus L)

  • Kandungan Serai Wangi (Cymbopogon nardus L)
  • Nutrisi, kandungan nutrisi yang terdapat pada ekstrak serai meliputi: karbohidrat (55%) yang menunjukkan bahwa serai merupakan sumber energi yang baik, protein (4.56%), serat (9.28%). Adapun energi yang bisa didapatkan adalah (360.5 kal/100 gram).
  • Mineral, mineral yang terkandung pada serai meliputi: Fosfor (1245 ppm), Magnesium (226 ppm), Kalsium, Besi (43 ppm), Mangan (25 ppm), dan Zinc (16 ppm) dengan rasio terhadap fitat adalah 9.6.
  • Fitokimia, kandungan inilah yang memiliki efek pengobatan. Adapun kandungan fitokimia dalam ekstrak serai adalah Alkaloid, citronella, Geranol, Anthraquinon, Steroid, Asam Fenol (Derivat Caffeic dan P-coumaric), dan Flavon glikosida (derivat Apigenin dan Luteolin) (Sastriawan, 2014)

Diantara bahan kimia yang dianggap yang berperan sebagai larvasida adalah Citronella, dimana citronella dalam serai wangi bersifat toksin sehingga akan menyebabkan kematian larva sebab larva mengalami dehidrasi terus menerus (aulung a rahayu 2014)

Abate

Abate (temephos) merupakan salah satu dari golongan pestisida yang digunakan untuk membunuh serangga pada stadium larva. Abate (temephos) yang digunakan biasanya berbentuk butiran pasir (sandgranules) yang kemudian ditaburkan ditempat penampungan air dengan dosis1 ppm atau 1 gram untuk1 liter air (Nugroho, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimen Laboratorium secara invitro, yaitu melakukan uji daya hambat jus serai terhadap mortalitas larva Anopheles dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), percobaan dilakukan dengan enam perlakuan dan empat kali pengulangan.

K o= Kontrol negatif (Akuades). KI= Konsentrasi 5% KII=Konsentrasi10% KIII=Konsentrasi15%.

KIV=Konsentrasi 20%.

KV =Kontrol positif (Abate).

Tempat dan Waktu Penelitian

  • Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bilik Research Laboratorium Parasitologi SMK Abdurrab Pekanbaru.

Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2019.

Populasi dan Sampel

  • Populasi

Populasi yang diteliti dalam penelitian adalah larva Anopheles yang diambil di kolam terawat kebersihannya di daerah Delima.

Sampel

Sampel pemeriksaan yang akan digunakan adalah larva Anopheles sebanyak 180 ekor dengan 4x pengulangan dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan 20%.

Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu dengan menggunakan metode pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakter populasi.

Alat dan Bahan

  • Alat untuk pemeriksaan larva

Mikroskop, pipet tetes,objeck glass dan deck glass.

Alat pembuatan Jus serai wangi

Beaker glass, pipet tetes, blender, kertas saring, elemeyer, saringan, gelas ukur 100 ml dan 10 ml, kain kasa.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jus serai (Cymbopogon nardus L)

Prosedur Kerja

  • Identifikasi larva Anopheles dengan kasat mata

Dengan melihat posisi istirahat larva yaitu mengapung sejajar dengan permukaan air.

Identifikasi larva Anopheles menggunakan mikroskop

Larva diambil didalam kolam yang tidak terawat kebersihannya di daerah Delima, larva diambil dengan metode percidukan. Kemudian identifikasi larva menggunakan mikroskop pada lensa objektif 10x dan 40x. Jika dipastikan larva Anopheles, diambil 180 ekor. Masukkan larva tersebut kedalam wadah yang berisi air bersih.

  • Pembuatan jus serai wangi (Cymbopogon nardus L)

Pembuatan jus dilakukan dengan cara perasan. Cara perasan digunakan untuk memperoleh sari perasan sebagai material awal digunakan tumbuhan segar yang dihaluskan. Tanaman serai dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran yang menempel dengan air mengalir. Kemudian dipotong potong untuk mempermudah dalam memperoleh hasil sarian. Langkah selanjutnya potongan serai diblender untuk memperoleh larutan uji. Hasil dari blenderan disaring dengan menggunakan kertas saring, agar didapatkan hasil yang bagus dan tidak terdapat endapan.

  • Pembuatan konsentrasi Jus serai wangi (Cymbopogon nardus L)

Untuk memperoleh konsentrasi jus serai dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan 20% dalam 100 ml larutan dilakukan dengan cara:

  • Konsentrasi 5%= 5ml jus serai + 95 ml aquades. 2.Konsentrasi 10%= 10ml jus serai + 90 ml aquades. 3.Konsentrasi 15%= 15ml jus serai + 85 ml aquades. 4.Konsentrasi 20%= 20ml jus serai + 80 ml

Cara melakukan percobaan

Siapkan 6 buah beaker glass, setiap beaker glass diberi label masing- masing konsentrasi. Masukkan jus serai ke dalam beaker glass yang sudah diberi label dengan masing-masing konsentrasi yaitu: 5%, 10%, 15%, dan 20%. Lalu masukkan 10 ekor larva Anopheles ke dalam beaker glass pada tiap konsentrasi jus serai, kontrol positif dan kontrol negatif. Beaker glass yang telah berisi larva Anopheles kemudian ditutup dengan kain kasa.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan melihat larva Anopheles yang mati dalam waktu 12 jam, 24 jam dan 36 jam.

Analisis Data

Setelah data terkumpul selanjutnya data disajikan dalam bentuk table, kemudian dianalisi denan cara menghitung berapa banyak jumlah larva yang mati dalam konsentrasi tertentu.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Karakteristik larva Anopheles sp

Larva yang digunakan dalam penelitian ini yaitu larva Anopheles yang mempunyai ciri-ciri pada bagian mulut terdapat bagian yang menyerupai sikat dan digunakan untuk makan. Bagian thorax berukuran besar dan perut tersegmentasi. Larva Anopheles tidak memiliki siphon pernapasan, pengganti siphon pada larva Anopheles adalah spirakel yang terletak dibagian segmen perut ke-8.

Karekteristik konsentrasi

Konsenrasi jus serai yang digunakan dalam penelitian dimulai dari 5%, 10%, 15%, dan 20%. Mortalitas larva Anopheles setelah pemberian jus

serai (Cymbopogon Citratus) dengan konsentrasi 0,5%, 10%, 15%, dan 20%, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Rerata Mortalitas Larva Anopheles Setelah Pemberian Jus Serai wangi (Cymbopogon nardus L)

No

Konsentrasi

Rerata(ekor) larva

Persentase(%)

1

5%

1,2

12,5

2

10

2,2

22,5

3

15

4,7

47,5

4

20

7,7

77,5

5

Kontrol (+)

10

100

6

Kontrol (-)

0

0

Berdasarkan table diatas mortalitas larva Anopheles terhadap jus serai (Cymbopogon nardus L) menunjukkan hasil yaitu pada konsentrasi 5 % rerata larva yang mati sebanyak 1,25 dengan persentase 12,5%, pada konsentrasi 10 % rerata larva yang mati sebanyak 2,25 dengan persentase

22,,5%, pada konsentrasi 15 % rerata larva yang mati sebanyak 4,75 dengan persentase 47,5%, Pada konsentrasi 20% rerata larva yang mati sebanyak 7,75 dengan persentase 77,5%, pada control positif (+) persentase larva yang mati sebanyak 100% dan pada kontrol negatif (-) persentase larva yang mati sebanyak 0%.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk memgetehui mortalitas larva Anopheles

Terhadap jus Serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 0,5%, 10

%, 15% dan 20%. Tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus L) pada penelitian ini didapatkan dari tanaman TOGA taman SMK Abdurrab Pekanbaru, yang diambil adalah batang serai wangi (Cymbopogon nardus L). Batang dari tanaman tersebut dicuci hingga bersih dan dipotong kecil, potongan tersebut kemudian di jus dengan cara diblender hingga di dapatkan jus dari serai wangi (Cymbopogon nardus L). Serai wangi (Cymbopogon nardus L) mengandung Alkaloid, citronella, Geranol, Anthraquinon, Steroid, Asam Fenol (Derivat Caffeic dan P-coumaric), dan Flavon glikosida (derivat Apigenin dan Luteolin). Kandungan citronella sebagai larvasida.

Larva yang digunakan pada penelitian ini yaitu larva Anopheles dengan ciri- ciri larva tidak mempunyai siphon pernapasan karena hal inilah larva tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai bagian-bagian badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergalplate (lempeng tergit) pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral abdomen (Safar, 2010).

Berdasarkan tabel 4.1 di atas rerata mortalitas larva Anopheles setelah pemberian jus dari serai wangi (Cymbopogon nardus L) didapatkan pada konsentrasi pada konsentrasi 5% rerata larva yang mati sebanyak 1,25 dengan persentase 12,5%, pada konsentrasi 10% rerata larva yang mati sebanyak 2,25 dengan persentase 22,5%, pada konsentrasi 15% rerata larva yang mati sebanyak 4,75 dengan persentase 47,5%, Pada konsentrasi 20% rerata larva yang mati sebanyak 7,75 dengan persentase 77,5%.

Pada control negative (-) tidak ditemukan larva yang mati,karena akuades tidak bersifat sebagai larvasida. Sedangkan pada perlakuan jus dari serai wangi (Cymbopogon nardus L) didapati jumlah larva yang mati berbeda-beda pada setiap konsentrasinya, hal ini disebabkan karena kandungan zat aktif yang terdapat pada setiap konsentrasi berbeda. Pada konsentrasi 5%, 10%, 15% tidak dapat dikatakan efektif karena jumlah yang mati kurang dari 75%. Sedangkan pada konsentrasi 20% dapat membunuh larva secara efektif karena jumlah larva yang mati lebih dari 75%.

Adanya kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi beda jumlah larva yang mati pada setiap konsentrasinya disebabkan oleh adanya perbedaan sensitifitas masing-masing larva pada konsentrasi jus dari serai wangi (Cymbopogon nardus L), semakin tinggi tingkat konsentrasi semakin tinggi pula tingkat kekentalan larutan, sehingga menyebabkan larva kesulitan untuk mengambil udara dari permukaan air. Akibatnya tidak cukup oksigen bagi larva untuk pertumbuhannya sehingga larva tersebut mati (Hanani, S. J., dkk. 2014).

Mekanisme kematian larva Anopheles yang terpapar oleh senyawa yang terdapat dalam jus serai wangi (Cymbopogon nardus L) yaitu berupa citronella, yang masuk kedalam tubuh larva melalui mulut pada saat larva mengambil makanan dari tempat hidupnya(Al-Kahfi, 2015).

Menurut Agnetha (2008) mekanisme dari serai wangi diduga diperankan oleh zat aktif yang terkandung didalamnya. Kandungan citronella mempunyai sifat larvasida.Citronella bekerja dengan cara mengganggu sintesis membrane sel larva sehingga larva tidak berkembang lebih lanjut. Citronella kerja dengan merusak sulfhidril (SH) yang terdapat pada protein. Diduga struktur membran sel larva terdiri dari sulfhidril (SH) Citronella akan merusak membrane sel larva hingga terjadi lisis.

18

 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang mortalitas larva Anopheles setelah pemberian jus serai wangi (Cymbopogon nardus L) dapat disimpulkan bahwa:

  1. Pada konsentrasi 5% rerata larva yang mati sebanyak 1,25 dengan persentase 12,5%, pada konsentrasi 10% rerata larva yang mati sebanyak 2,25 dengan persentase 22,5%, pada konsentrasi 15% rerata larva yang mati sebanyak 4,75 dengan persentase 47,5%, Padakonsentrasi 20% rerata larva yang mati sebanyak 7,75 dengan persentase 77,5%.
  2. Konsentrasi jus serai wangi (Cymbopogon nardus L) yang paling efektif dalam membunuh larva Anopheles yaitu pada konsentrasi 20%.

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Mortalitas Larva Anopheles Setelah Pemberian jus serai wangi (Cymbopogon nardus L) maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:

  1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentetang toksisitas jus serai (Cymbopogon nardus L) terhadap larva lain.
  2. Diharapkan kepada masyarakat untuk dapat menggunakan jus serai wangi dalam membunuh larva nyamuk pada tempat perindukannya karena serai wangi mudah didapatkan dan tetap menjaga kebersihan lingkungan tempat