106-metode-penelitian-pengertian-tujuan-jenis

Pengaruh Infusa Daun Kumis Kucing

Pengaruh Infusa Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) Terhadap kadar Asam Urat Pada Mencit Jantan

BAB I PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih selalu digunakan masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan yang masih kaya dengan keanekaragaman tumbuhannya. Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan pun memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia. Obat tradisional Indonesia masih sangat banyak yang belum diteliti, khususnya yang sebagian besar berasal dari bahan tumbuhan (Wayan, 2004).

Tanaman kumis kucing mudah sekali ditemukan di seluruh nusantara. Tanaman kumis kucing mengandung berbagai senyawa kimia, salah satunya adalah flavonoid. Kumis kucing sudah digunakan masyarakat untuk diuretik, pengobatan hipertensi, gout dan rematik (Barnes et al., 1996 cit. Ismarani et al., 2011).

Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat- obatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit sifilis (Priamboro, 2001).

Penyakit asam urat yang dalam istilahkedokterannya disebut arthritis pirai, rematik pirai,arthritis gout, atau rematik gout, adalah salah satujenis penyakit rematik artikuler, yang dapat disebabkan oleh kelainan enzim ataupun karena pola hidup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Purin yang tinggi sehingga meningkatkan kadar asam urat darah (hiperurisemia) yang pada akhirnya akan terakumulasi sebagai Kristal monosodium urat di jaringan lunak terutama persendian (Utami et al., 2003).

Hiperurisemia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang berkaitan, diantaranya: resistensi insulin, sindrom metabolik, obesitas, insufisiensi ginjal, hipertensi, gagal jantung kongestif, dan transplantasi organ. Resiko kejadian gout meningkat pada orang yang banyak mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi (terutama daging dan makanan laut), etanol (bir dan alkohol), minuman ringan dan fruktosa (Carter, 2006).

Sampai saat ini belum ada penelitian ilmiah yang secara jelas menyebutkan bahwa daun kumis kucing dapat menurunkan kadar asam urat. Untuk lebih memberikan dasar bukti manfaatnya, perlu dilakukan penelitian terhadap efek penurunan kadar asam urat dari infusa kumis kucing, agar informasi tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Infusa Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Mencit Jantan”

Perumusan Masalah

  1. Apakah pemberian infusa daun kumis kucing dengan kadar 10% dapat menurunkan asam urat pada mencit jantan ?
  2. Apakah pemberian infusa daun kumis kucing dengan kadar 20% dapat menurunkan asam urat pada mencit jantan ?
  3. Apakah pemberian infusa daun kumis kucing dengan kadar 30% dapat menurunkan asam urat pada mencit jantan ?

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh infusa daun kumis kucing (Orthosiphonin aristatus) terhadap kadar asam urat pada mencit jantan.

Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kumis kucing 10% terhadap kadar asam urat pada mencit
  2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kumis kucing 20% terhadap kadar asam urat pada mencit
  3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kumis kucing 30% terhadap kadar asam urat pada mencit

Manfaat Penelitian

  • Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai manfaat pemberian infusa daun kumis kucing dalam menurunkan kadar asam urat pada mencit jantan.

Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi perpustakaan SMK Abdurrab Jurusan Analis Kesehatan Pekanbaru khususnya dalam bidang kimia klinik.

Bagi masyarakat

Memberikan informasi mengenai manfaat daun kumis kucing sebagai tanaman obat yang berguna untuk menurunkan kadar asam urat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  • Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)
    • Klasifikasi Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)

Menurut Husada (2001), klasifikasi tanaman kumis kucing adalah divisi spermatophyta, sub divisi angiospermae, kelas dicotyledonae, sub kelas sympetable, ordo tubiflorae, keluarga lamiaceae, genus Orthosiphon dan Spesies Orthosiphon aristatus

  • Morfologi Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)

Tanaman ini berjenis akar tunggang, batangnya berbentuk persegi empat agak beralur dan berwarna hijau keunguan. Daun berbentuk bulat telur, lonjong, berwarna hijau, panjang <10 cm dan lebar 3 – 5 cm. Tangkai berbentuk bulat, berwarna ungu kehijauan/hijau tergantung varietas. Posisi daun pada batang berhadapan dan selang- seling, tulang daun bercabang-cabang (Husada, 2001).


Gambar 2.1. Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)

Sumber : http://farmasibahanalam.com (diakses 04 Desember 2014)

  • Manfaat dan Kandungan Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)

Tumbuhan ini biasanya digunakan oleh ibu rumah tangga sebagai tanaman hias. Selain sebagai tanaman hias kumis kucing juga sudah di kenal oleh masyarakat sebagai tanaman obat herbal yang sangat mujarab untuk mengobati berbagai macam penyakit. Daun kumis kucing diketahui mengandung glikosida orthosiphonin yang berkhasiat untuk melarutkan asam urat, fosfat dan oksalat dari tubuh, terutama di kandung kemih, empedu dan ginjal dan memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik). Kumis kucing bermanfaat untuk mengatasi kondisi seperti rematik, batuk, masuk angin, sembelit, sakit pinggang, infeksi dan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis (Nursiyah, 2013).

Tabel 2.1

Zat – zat dan kegunaan zat yang terkandung di dalam daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus)


Zat Kegunaan

  • Anti nyeri

Minyak Atsiri

Flavonoid

Orthosipon glikosida

Saponin

  • Anti infeksi
  • Pembunuh bakteri
  • Melindungi struktur sel
  • Meningkatkan efektivitas vitamin C
  • Antiinflamasi
  • Mencegah keropos tulang
  • Antibiotik
  • Antivirus
  • Menghambat penyerapan glukosa di usus
  • Diuretik
  • Antiinflamasi
  • Antiseptik
  • Menghambat Na+ / D-glucose

Garam Kalium

Myoinositol

Sumber : Husada, 2001

cotransport system (SGLUT) di membran brush border intestinal

  • Metabolisme energi
  • Katalisator sintesis glikogen dan protein
  • Aktivitas lipotropik
  • Mengatur respon sel terhadap rangsang dari luar
  • Transmisi saraf
  • Pengaturan aktivitas enzim

Asam Urat

Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, merupakan hasil akhir metabo- lisme purin. Purin adalah protein yang termasuk golongan nukleo protein.Purin didapat dari makananselain itu juga berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.Pembuatan atau sintesis purin juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan-bahan seperti: CO2, glutamine, glisin, asam aspartat dan asam folat.Diduga hasil metabolisme purin diangkut ke hati, lalu mengalami oksidasi menjadi asam urat, dan kelebihan asam urat dibuang melalui ginjal lewat urine dan usus (Misnadiarly, 2008).

Asam urat adalah suatu bahan normal dalam tubuh dan merupakan hasil akhir dari metabolisme purine, yaitu hasil degradasi purine nucleotideyang merupakan bahan penting dalam tubuh sebagai komponen dari asam nukleat dan penghasil energi dalam inti sel. Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal, yaitu lebih dari 7,0 ml/dl pada laki-laki dan 6,0 ml/dl pada perempuan. Hiperurisemia dapat terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan pengeluaran asam urat urin (underexcretion), atau

gabungan keduanya. Peningkatan kadar asam urat dalam darah ini akan mengakibatkan penyakit asam urat (Putra, 2006).

Faktor Penyebab Tingginya Asam Urat Dalam Darah

Misnadiarly (2008), menyatakan penyebab tingginya asam urat dalam darah hingga terjadi hiperurisemia ada beberapa faktor yaitu :

  1. Adanya gangguan metabolisme purin
  2. Kelainan pembawa sifat atau
  3. Kelebihan mengkomsumsi makan berkadar purin tinggi seperti:daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam,
  4. Penyakit seperti: leukemia (kanker sel darah putih), kemoterapi, ra- dioterapi.

Penyakit asam urat ini pada umumnya dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya. Penderita penyakit asam urat tingkat lanjut akan mengalami radang sendi yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Penderita tidur tanpa ada gejala apapun, namun ketika bangun pagi harinya terasa sakit yang sangat hebat hingga tidak bisa berjalan. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku (Tehupeiory, 2006).

Hiperurisemia

Banyak batasan untuk menyatakan hiperurisemia, yaitu suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat yang bisa mencerminkan adanya keadaan patologi. Batasan pragmatis yang biasa digunakan adalah kadar asam urat di atas 7mg% pada laki-laki dan 6mg% pada perempuan dapat dikatakan mengalami hiperurisemia. Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan gout atau pirai, namun tidak semua hiperurisemia akan menimbulkan kelainan patologi berupa gout. Gout dan pirai adalah penyakit akibat penumpukan kristal monosodium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat (Putra, 2006).

Hiperurisemia mengakibatkan deposisi kristal natrium urat dalam jaringan, terutama pada ginjal dan sendi (Mycek et al., 2001). Hiperurisemia yang lanjut dapat berkembang menjadi gout dan pirai, yaitu penyakit yang timbul jika terbentuk kristal- kristal monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai gout. Jika tidak diobati, endapan kristal akan menyebabkan kerusakan yang hebat pada sendi dan jaringan lunak (Prince et al., 2006).

  • Mencit ( Mus muculus )

Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pangamatan laboratorik.Mencit termasuk hewan mamalia, oleh sebab itu dampaknya terhadap suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda dibanding dengan mamalia lainnya.

Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80%. Mencit memiliki banyak keunggulan sebagai hewan percobaan, yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya (Moriwaki, 1994cit. Tahani, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan the pretest and posttest control group design.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 di laboratorium Kimia Klinik SMK Abdurrab Jurusan Analis Kesehatan Pekanbaru.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mencit (Mus muculus) jantan yang sering digunakan pada penelitian dan sampel penelitian ini meliputi mencit jantan dengan kriteria umur ± 8 minggu, berat badan rata-rata 20 – 25 gram dan kondisi mencit sehat (aktif dan tidak cacat).

Alat dan Bahan

Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beaker glass, kain flannel, pipet ukur dan bola hisap, timbangan, kapas alkohol, tissue, lancet, dan strip asam urat.

Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, kacang- kacangan dan daun kumis kucing kering.

Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer berupa kadar asam urat mencit yang telah diberikan pakan kacang-kacangan sebelum pemberian infusa daun kumis kucing dan sesudah pemberian infusa daun kumis kucing.

Prosedur Kerja

Persiapan Hewan Uji

Mencit diaklimasi selama satu minggu dengan pemberian pakan kacang- kacangan dengan jumlah yang sama setiap hari. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap kondisi kesehatan mencit.

Pembuatan Infusa Daun Kumis Kucing 10%,20%,30%

  1. Cuci daun kumis
  2. Timbang 10gr, 20gr, dan 30gr daun kumis
  3. Masukkan kedalam panci dan tambahkan air
  4. Panaskan dalam panci pada suhu 90ºC selama 15 menit, sesekali
  5. Kemudian saring dengan kain
  6. Cukupkan volume infusa daun kumis kucing hingga 100 ml melalui ampasnya dengan air

Pembagian Kelompok Sampel

  1. Mencit dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar asam urat pada setiap mencit sebagai pretest (pengambilan sampel awal) setelah mencit diaklimasi selama 1 minggu dengan diberikan pakan kacang-kacangan.
  2. Mencit kelompok I sebagai kontrol
  3. Mencit kelompok II sebagai kontrol
  4. Mencit kelompok III diberi infusa daun kumis kucing 10% dengan dosis 0,364ml/20gr
  1. Mencit kelompok IV diberi infusa daun kumis kucing 20% dengan dosis 0,364ml/20gr
  2. Mencit kelompok V diberi infusa daun kumis kucing 30% dengan dosis 0,364ml/20gr

Pengambilan Sampel Darah

Setelah tahap perlakuan pada hari ke-7 kemudian diambil sampel darah pada hari ke-8 sebagai pretest dan pada hari ke-15 sebagai posttest, dilakukan pengambilan sampel darah melalui ekor mencit.

Pemeriksaan Asam Urat Dengan Metode Strip

  1. Siapkan alat dan
  2. Hidupkan alat kemudian masukkan strip pada alat hingga muncul gambar tetes
  3. Lalu darah disentuh pada strip, darah akan langsung meresap sampai ujung strip dan
  4. Kemudian tunggu beberapa saat hingga hasil
  5. Catat

Analisa Data

Analisa data menggunakan uji T dependen yaitu membandingkan kedua kelompok sampel yang sama.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Hewan Percobaan

Pada penelitian ini menggunakan hewan percobaan mencit sebanyak 30 ekor, dengan berat badan rata-rata 20 – 25 gram, berjenis kelamin jantan dan umur ± 8 minggu dengan kondisi mencit sehat (aktif dan tidak cacat).

Mekanisme Aklimasi Pada Hewan Percobaan

Pada penelitian ini hewan percobaan diberikan pakan kacang-kacangan untuk menaikkan kadar asam uratnya. Pengukuran kadar asam urat dilakukan 2 kali yaitu setelah diaklimasi selama 1 minggu dengan diberikan pakan kacang-kacangan sebagai pretest dan setelah diberikan perlakuan sebagai posttest.

Mencit kelompok negatif dan kelompok perlakuan pemberian infusa kumis kucing 10%, 20% dan 30% tidak diberikan pakan kacang-kacangan lagi setelah dilakukan pembagian kelompok sampel, untuk kelompok mencit positif tetap diberikan pakan kacang-kacangan. Kelompok sampel diambil secara acak dengan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit jantan.

Hasil

Berdasarkan data kadar asam urat mencit jantan sebelum dan sesudah pemberian infusa kumis kucing yang dihitung menggunakan analisis uji T dependen dengan menggunakan program SPSS 16 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1.

Rerata kadar asam urat pada mencit jantan dengan pemberian infusa 10% berdasarkan uji T dependen dengan mengguanakan SPSS 16.

No

Rerata

Kadar asam urat

(mg/dl)

P

  

Rerata ± SD

 

1

Sebelum

7,71 ± 2,81

0,213

2

Sesudah

6,68 ± 1,39

 

Ket : P < 0,05 = Signifikan

Dari tabel 4.1. diatas dapat dilihat bahwa rerata kadar asam urat mencit jantan sebelum pemberian infusa daun kumis kucing 10% adalah 7,71mg/dL ± SD 2,81 dan sesudah pemberian infusa daun kumis kucing adalah 6,68mg/dL ± SD 1.39.Berdasarkan uji statistik dengan uji T dependen didapatkan hasil P value adalah 0,213. Dengan demikian pemberian infusa daun kumis kucing dapat menurunkan kadar asam urat pada mencit jantan tetapi tidak signifikan karena P value < 0,05.

Tabel 4.2.

Rerata kadar asam urat pada mencit jantan dengan pemberian infusa 20% berdasarkan uji T dependen dengan mengguanakan SPSS 16.

No

Rerata

Kadar asam urat

(mg/dl)

P

  

Rerata ± SD

 

1

Sebelum

8,53 ± 2,11

0,075

2

Sesudah

7,50 ± 1,04

 

Ket : P < 0,05 = Signifikan

Dari tabel 4.2. diatas dapat dilihat bahwa rerata kadar asam urat mencit jantan sebelum pemberian infusa daun kumis kucing 20% adalah 8,53mg/dL ± SD 2.11 dan sesudah pemberian infusa daun kumis kucing adalah 7,50mg/dL ± SD 1.04. Berdasarkan uji statistik dengan uji T dependen didapatkan hasil P value adalah

0,075. Dengan demikian pemberian infusa daun kumis kucing dapat menurunkan kadar asam urat pada mencit jantan tetapi tidak signifikan karena P value < 0,05.

Tabel 4.3.

Rerata kadar asam urat pada mencit jantan dengan pemberian infusa 30% berdasarkan uji T dependen dengan mengguanakan SPSS 16.

No

Rerata

Kadar asam urat

(mg/dl)

P

  

Rerata ± SD

 

1

Sebelum

7,36 ± 1,45

0,004

2

Sesudah

5,30 ± 0,68

 

Ket : P < 0,05 = Signifikan

Dari tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa rerata kadar asam urat mencit jantan sebelum pemberian infusa daun kumis kucing 30% adalah 7,36mg/dL ± SD 1.45 dan sesudah pemberian infusa daun kumis kucing adalah 5,30mg/dL ± SD 0.68. Berdasarkan uji statistik dengan uji T dependen didapatkan hasil P value adalah 0,004. Dengan demikian pemberian infusa daun kumis kucing dapat menurunkan kadar asam urat pada mencit jantan dengan signifikan P value < 0,05.

Pembahasan

Berdasarkan data diatas pada kelompok kontrol negatif tidak didapatkan hasil yang signifikan terhadap penurunan kadar asam urat mencit putih jantan, sebalikkan pada kelompok kontrol positif didapatkan hasil yang signifikan. Untuk kelompok perlakuan dengan infusa kumis kucing 10%, 20% dan 30% mampu menurunkan kadar asam urat pada mencit jantan, tetapi hasil yang signifikan ditunjukkan oleh infusa kumis kucing 30%. Berdasarkan data uji T dependen dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.1.

Grafik hasil uji T dependen penurunan kadar asam urat pada mencit jantan.

Penurunan kadar asam urat pada mencit yang diberikan infusa daun kumis kucing sejalan dengan penelitian Nursiyah (2013), yang menyatakan bahwa daun kumis kucing mengandung glikosida orthosiphonin yang berkhasiat untuk melarutkan asam urat.

Dari hasil diatas dapat kita lihat semakin tingginya persentasi pemberian infusa daun kumis kucing pada mencit semakin signifikan hasil yang diperoleh untuk penurunan kadar asam urat pada mencit. Pada kontrol positif dapat dilihat dengan pakan berupa kacang-kacangan menunjukkan hasil yang signifikan terhadap kenaikkan kadar asam urat pada mencit, ini berarti pakan kacang-kacangan sangat berpengaruh terhadap kadar asam urat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh infusa daun kumis kucing terhadap kadar asam urat pada mencit jantan, maka dapat disimpulkan :

  1. Didapatkan rata-rata hasil pemberian infusa daun kumis kucing pada mencit jantan dengan kadar 10% menggunakan uji T dependen adalah 0,213.
  2. Didapatkan rata-rata hasil pemberian infusa daun kumis kucing pada mencit jantan dengan kadar 20% menggunakan uji T dependen adalah 0,075.
  3. Didapatkan rat-rata hasil pemberian infusa daun kumis kucing pada mencit jantan dengan kadar 30% menggunakan uji T dependen adalah 0,004.

Saran

Penulis menyarankan bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian pemberian infusa daun kumis kucing terhadap penurunan kadar asam urat pada hewan uji lain dan dengan dosis yang lebih tinggi.

Browse the fancy text converter collection to highlight what is important in your documents.