106-metode-penelitian-pengertian-tujuan-jenis

Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah

Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis dan Escherichia coli Secara In vitro

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cacing tanah telah lama dikenal oleh manusia. Hewan ini hidup di tempat atau tanah yang terlindung dari sinar matahari, lembab dan gembur. Habitat ini sangat spesifik bagi cacing tanah untuk tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Tubuh cacing tanah banyak mengandung lendir sehingga seringkali orang menganggapnya menjijikan (Pratitis, 2010).

Dunia pengobatan tradisional Tiongkok, cacing tanah digunakan dalam ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Cacing tanah mampu mengobati berbagai infeksi saluran pencernaan seperti typus, demam, diare, serta gangguan perut lainnya seperti maag. Bisa juga untuk mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti batuk, asma, influenza dan tuberculosis (Julendra & Sofyan, 2007).

Di beberapa tempat di Indonesia seperti Jawa Barat dan Lampung, cacing tanah sudah dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Salah satu jenis cacing tanah yang sering digunakan adalah Lumbricus rubellus yang mengandung protein cukup tinggi yaitu 58 - 78% berat kering, selain itu juga mengandung 20 jenis asam amino. Di dalam ekstrak cacing tanah juga terdapat zat antipurin, antipiretik, antidot, vitamin dan beberapa enzirn misalnya lumbrokinase, peroksidase, katalase dan selulose yang berkhasiat untuk pengobatan (Rina, 2001).

Aktivitas antibakteri cacing tanah sebagian besar disebabkan oleh adanya peptida antibakteri yang berfungsi untuk melindungi cacing tanah dari mikroorganisme patogen yang hidup di lingkungan yang sama dengannya. Lumbricin-1 merupakan peptida antibakteri yang telah berhasil diidentifikasi dari cacing tanah Lumbricus rubellus dan diduga bekerja dengan cara melubangi dinding sel bakteri dan dapat mengakibatkan kematian bakteri. Peptida ini terbukti mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram negatif, Gram positif, dan jamur (Pratitis, 2010).

Enterococcus faecalis merupakan bakteri Gram positif fakultatif anaerob dengan prevalensi resistensi antibiotik meningkat. Bakteri ini ditemukan pada 4 - 40% infeksi endodontik primer namun sering ditemukan dalam jumlah yang banyak pada gigi pada paska perawatan endodontik dengan lesi periapikal yang persisten. Infeksi umumnya disebabkan E. faecalis termasuk infeksi saluran kemih, endocarditis, bakteremia, infeksi kateter terkait, infeksi luka dan infeksi intra abdomen dan panggul (Matthew dan Boopathy, 2011).

Bakteri penyebab diare yang sangat sering ditemukan adalah Escherichia coli.

  1. coli merupakan bakteri oportunis yang banyak ditemukan dalam usus besar manusia sebagai flora normal. E. coli dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, misalnya diare pada anak (Karsinah et al, 2010).

Penelitian yang dilakukan Sandra (2012) membuktikan bahwa tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap E. faecalis dengan konsentrasi 5%,10%,20% dan 80% dalam pelarut akuades dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysentriae. Biblio (2011) juga telah membuktikan bahwa tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococus aureus, E. coli, dan Salmonella typhi.

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Pertumbuhan Enterocccus faecalis dan Escherichia coli Secara In vitro”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah air rebusan cacing tanah (Lumbricus rubellus) dapat menghambat pertumbuhan Enterocccus faecalis dan Escherichia coli secara In vitro.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh air rebusan cacing tanah (Lumbricus rubellus)

terhadap pertumbuhan Enterocccus faecalis dan Escherichia coli.

Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui apakah air rebusan cacing tanah (Lumbricus rubellus) dapat menghambat pertumbuhan Enterococcus faecalis dan Escherichia coli
  2. Untuk mengetahui besar zona hambatan yang dihasilkan air rebusan cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis dan Escherichia coli

Manfaat Penelitian

  • Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang pengaruh air rebusan cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis dan Escherichia coli

Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi perpustakaan SMK Abdurrab Jurusan Analis Kesehatan Pekanbaru khususnya dalam bidang mikrobiologi.

Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat air rebusan cacing tanah sebagai antibakteri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  • Cacing Tanah ( rubellus)
    • Klasifikasi Cacing Tanah ( rubellus)

Menurut Rina (2001), klasifikasi cacing tanah (L. rubellus) kingdom animalia, phylum annelid, kelas oligochaeta, ordo torrisela, family lumbricidae, genus lumbricus dan spesies Lumbricus rubellus

  • Morfologi Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)

Secara alamiah, morfologi, dan anatomi cacing tanah berevolusi menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Prihatman (2000), menjelaskan bahwa cacing tanah yang ditemukan hidup di tumpukan sampah dan tanah sekitarnya mempunyai ukuran panjang sangat bervariasi, yaitu berkisar antara beberapa milimeter sampai 15 cm atau lebih.

Gambar 2.1 Cacing Tanah (L. rubellus)

Sumber : Pratitis, 2010, (18 Agustus 2014)

Cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen-segmen fraksi luar dan fraksi dalam yang saling berhubungan secara integral, diselaputi oleh epidermis berupa kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan seta, kecuali pada dua segmen pertama (bagian mulut), bersifat hemaphrodit (berkelamin ganda) dengan peranti kelamin seadanya pada segmen-segmen tertentu. Apabila

dewasa, bagian epidermis pada posisi tertentu akan membengkak membentuk klitelium (tabung peranakan atau rahim), tempat mengeluarkan kokon (selubung bulat) berisi telur dan ova (bakal telur) (Pratitis, 2010).

Cacing tanah mempunyai rongga besar coelomic yang mengandung coelomycetes (pembuluh-pembuluh mikro), yang merupakan sistem vaskuler tertutup. Saluran makanan berupa tabung anterior dan posterior, kotoran dikeluarkan lewat anus atau peranti khusus yang disebut nephridia. Respirasi (pernapasan) terjadi melalui kutikuler (Hanafiah et al, 2003).

  • Manfaat dan Kandungan Cacing Tanah ( rubellus)

Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Lumbricus rubellus memiliki dua agen antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Sebuah riset baru-baru ini melaporkan, kadar protein yang dimiliki cacing tanah mencapai 58-78% dari bobot kering, dihitung dari jumlah nitrogen yang terkandung di dalamnya. Protein yang dimiliki oleh cacing tanah memiliki mekanisme antimikrob yang berbeda dengan mekanisme antibiotik (Prihatman, 2000).

Antibiotik membunuh mikroganisme dengan dua cara, yaitu dengan menghentikan jalur metabolik yang dapat menghasilkan nutrient yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau menghambat enzim spesifik yang dibutuhkan untuk membantu menyusun dinding sel bakteri. Sedangkan, mekanisme yang dilakukan oleh protein yang dimiliki oleh cacing tanah adalah dengan membuat pori di dinding sel bakteri. Hal ini menyebakan sitoplasma sel bakteri menjadi terpapar dengan lingkungan luar yang dapat mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan kematian (Pratitis, 2010).

Enterococcus faecalis

  • Klasifikasi faecalis

Menurut Jawetz (2000), klasifikasi E. faecalis sebagai kingdom bacteria, filum proteobakteria, kelas gamma proteobakteria, ordo eubacteriales, famili enterococcaceae, genus Enterococcusspesies dan E. faecalis

  • Morfologi faecalis

Menurut Soemarno (2001), E. faecalis adalah bakteri yang non motil, Gram positif dan bakteri yang berbentuk bulat. Bakteri ini terdiri dari rantai pendek, berpasangan atau bahkan tunggal. Bakteri mempunyai habitat di saluran pencernaan, saluran kemih dan juga dapat berkoloni di rongga mulut manusia. E. faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, fakultatif anaerob dengan metabolisme fermentasi. Bakteri ini berbentuk ovoid dengan diameter 0,5um -1um.

  1. faecalis resisten terhadap banyak antibiotik spectrum luas . Resistensi ini diperoleh dari mutasi DNA atau pengadaan gen baru melalui transfer plasmid dan transporson. Gen resisten pada Enterocccus faecalis disimpan di plasmid sehingga dapat ditransfer kapan saja. Hal ini disebabkan ini disebut dengan resistensi faktor R atau plasmid (resistensi silang) (Jawetz, 2005).

Gambar 2.2 E. faecalis Pada Pewarnaan Gram

Sumber: Soemarno, 2001

  • Infeksi faecalis

Terdapat sedikitnya 12 spesies enterococcus. E. faecalis merupakan yang paling sering dan menyebabkan 85-90% infeksi enterococcus. Enterococcus adalah bakteri yang paling sering meyebabkan infeksi nosokomial, terutama pada unit perawatan intensif dan hanya pada pengobatan dengan sefalosporin dan antibiotic lainnya dimana bersifat resisten (Hare, 2003).

  1. faecalis ditularkan dari satu pasien ke pasien lainnya terutama melalui tangan perawat kesehatan yang beberapa diantara mereka mungkin pembawa enterococcus pencernaan. E. faecalis kadang - kadang ditularkan melalui alat kedokteran. Pada pasien tempat yang paling sering terkena infeksi adalah saluran kemih, luka tusuk dan dan saluran empedu dan darah. (Jawetz, 2000).
  • Pembiakan dan Sifat Pertumbuhan faecalis
  1. faecalis adalah bakteri yang bertahan hidup pada suhu 5 oC - 50 oC dengan pH 4 - 11. Pertumbuhan pada medium Agar darah permukaan koloni sirkular, halus dan menyeluruh. Koloni bewarna abu-abu bersifat alfa atau gamma hemolisa. E. faecalis memfermentasi glukosa tanpa pembentukan gas dan tidak menghasilkan katalase dengan hidrogen peroksida. Hal ini dapat menghasilkan reaksi pseudokatalase jika ditanam pada agar darah dan bersifat tidak mencairkan gelatin. Bakteri ini dapat mengkatabolisasi sumber energi dari karbohidrat, gliserol, laktat, malat dan sitrat. Hal ini sangat membantu ketika E. faecalis hidup di daerah yang minim nutrisi seperti saluran usus yang terinfeksi atau lambung (Jawetz, 2005).

Escherichia coli

  • Klasifikasi coli

Menurut Entjang (2003), klasifikasi E. coli secara sistematik adalah filum protophyta, kelas schizomycetes, ordo eubacteriales, family enterobacteriaceae genus Escherichia dan spesies Escherichia coli

  • Sifat Umum dan Morfologi coli
  1. coli merupakan bakteri berbentuk batang pendek, Gram negatif, mempunyai ukuran 0,4-0,7 µm × 1,4 µm, dan sebagian besar gerak positif. E. coli memiliki susunan antigen yang terdiri dari antigen O (somatik), H (flagelar) dan K yang terdapat pada bagian pembungkus bakteri (Entjang, 2003).
  2. coli bersifat oportunis dan banyak ditemukan dalam usus besar manusia sebagai flora normal. E. coli dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, misalnya diare pada anak dan diare pada pelancong (Karsinah et al, 2010).

Gambar 2.3 E. coli Pada Pewarnaan Gram

Sumber : Karsinah et al, 2010

  • Patogenitas coli
  1. coli merupakan penyebab diare yang sangat sering ditemukan. Bakteri ini memiliki berbagai strain (jenis) patogenik, di antaranya adalah E. coli Enterotoksigenik (ETEC) sebagai penyebab utama diare pelancong (travelers diarrhea) dan diare pada bayi di negara-negara berkembang, E. coli Enteropatogenik (EPEC) penyebab utama diare kronik pada anak, E. coli Enteroinvasif (EIEC) yang menyebabkan penyakit mirip disentri, dan E. coli Enterohemoragik (EHEC) peyebabkan infeksi yang ditandai dengan diare berdarah (Hawley, 2003).
  • Pembiakan dan Pertumbuhan coli

Jika dilakukan pembiakan, E. coli sangat baik pertumbuhannya pada media Endo Agar dan Mac Concay karena mampu menguraikan laktosa. Penguraian laktosa oleh E. coli akan dihasilkan asam dan formaldehid yang akan melepas ikatan leucofuchin menjadi natrium sulfite dan fuchin kembali, sehingga menimbulkan warna merah. Pembiakan pada media Endo Agar akan terlihat koloni E. coli berwarna merah dengan kilap logam sebagai ciri khas bakteri ini, sedangkan pada media Mac Concay, koloni E. coli berwarna merah (Entjang, 2003).

BAB III METODE PENELITIAN

  • Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimental laboratory secara In vitro yaitu melihat daya hambat air rebusan cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap pertumbuhan E. faecalis dan E. coli dengan metode difusi cakram.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 di laboratorium Bakteriologi SMK Abdurrab Jurusan Analis Kesehatan Pekanbaru.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua penjual cacing tanah di Jl. Pemuda Pekanbaru. Sampel dalam penelitian ini adalah cacing tanah segar, direbus, dan air rebusannya di buat digunakan sebagai bahan uji kemudian dilakukan dengan tiga kali pengulangan.

Alat , Bahan dan Medium Penelitian

  • Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, autoclave, Oven, gelas ukur, erlenmeyer, lampu spritus, labu ukur, pipet ukur dan Bola hisap, pipet tetes, gelas objek, ose cincin, mikroskop, inkubator, batang pengaduk, kapas, kertas saring, disk kosong, corong, spatula, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, kompor gas, jangka sorong, dan kapas lidi steril.

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air rebusan cacing tanah, strain E. faecalis, strain E. coli, NaCl 0,9% steril (kontrol negatif) dan disk ampicillin (kontrol positif), alkohol 70%, larutan Mc Farland (H2SO4 1% dan BaCl2. 2H2O 1,175%), dan medium Muller Hinton Agar (MHA) sebagai medium uji daya hambat.

Prosedur Penelitian

  • Sterilisasi
  1. Sterilisasi alat

Cuci alat-alat kaca sampai bersih, keringkan, bungkus dengan kertas padi, sterilkan dalam oven pada suhu 150 - 160 derajat C selama 1 jam dan waktunya cukup keluarkan dari dalam oven dan biarkan dingin (Hasnyimi, 2010).

2. Pembuatan Media MHA

Timbang 3,8 gram media Muller Hinton agar, masukkan dalam labu erlemeyer (pemakaian sesuai petunjuk kit : 38gr/L), tambahkan dengan

100 ml akuades sambil dikocok, panaskan hingga larut, tutup dengan kapas, sterilkan di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 derajat C, setelah cukup waktu matikan autoclave, biarkan suhu turun, lalu keluarkan media dari autoclave dan masukkan media tersebut ke dalam petridisk steril (Oxoid, 2012)

  1. Pembuatan air rebusan Cacing tanah ( rubellus)

Siapkan cacing tanah sebanyak 30 ekor, bersihkan dan pastikan tidak ada unsur tanah dan kotoran lain, siapkan beaker glass ukuran 500 ml, masukkan cacing tanah yang telah mati ke dalam beaker glas tambahkan 500 ml gelas air rebus hingga mendidih saring dan ambil airnya

4. Pembuatan Larutan Mc. Farland

Pipet larutan H2SO4 1% sebanyak 9.5 ml, masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan larutan BaCl2.2H2O 1,175% sebanyak 0.5 ml, kemudian homogenkan (Soemarno, 2001).

5. Pembuatan Suspensi Bakteri

Ambil satu ose koloni strain E. faecalis dan E. coli, kemudian suspensikan dalam tabung yang berisi NaCl 0,9% steril sampai kekeruhan sama dengan larutan standar Mc. Farland (Soemarno. 2001)

Pengujian Daya Hambat Bakteri

  1. Penanaman Pada Media Muller Hinton Agar plate
    1. Celupkan kapas lidi steril ke dalam suspensi bakteri yang sudah distandarisasi kekeruhannya, tunggu sampai meresap ke dalam kapas. Kemudian kapas lidi diangkat dan diperas dengan menekankan pada dinding tabung bagian dalam sambil
    2. Goreskan kapas lidi tersebut pada media Muller Hinton Agar plate dengan memutar cawan petri sampai permukaan media tertutup rapat
    3. Biarkan media Muller Hinton Agar plate selama 5 - 15 menit supaya suspensi bakteri meresap ke dalam agar (Jawetz, 2000).

2. Penempelan Disk

  1. Penempelan pada Muller Hinton Agar plate dilakukan secara manual satu-persatu dengan
  2. Siapkan air rebusan cacing tanah, kontrol positif (disk ampicilin), dan kontrol negatif (NaCl 0,9%).
  3. Ambil disk kosong dan celupkan ke dalam air rebusan cacing tanah pada. Letakkan pada permukaan media Muller Hinton yang sudah ditanam faecalis dan E. coli dengan sedikit ditekan.
  1. Ambil disk ampicilin dan kontrol negatif dengan menggunakan pinset letakkan pada permukaan media Muller Hinton yang sudah digoreskan faecalis dan E. coli dan tekan sedikit.
  2. Jarak antara disk yang satu dan disk yang lain tidak kurang dari 2
  3. Kemudian inkubasi dalam inkubator selama 1 × 24 jam pada suhu 37o C (Soemarno, 2001).

3. Pembacaan Zona Hambat

  1. Amati zona hambatan yang terjadi di sekeliling disk dan ukur panjang diameternya dengan jangka
  2. Jika terdapat zona hambatan di sekeliling disk, berarti air rebusan cacing tanah memiliki kandungan zat aktif sebagai antibakteri terhadap faecalis dan E. coli
  3. Jika tidak terdapat zona hambatan di sekeliling disk, berarti air rebusan cacing tanah tidak memiliki kandungan zat aktif sebagai antibakteri terhadap faecalis dan E. coli. Untuk kontrol positif lihat terjadinya zona hambatan apakah bersifat resisten, intermediate dan sensitif (tabel zona hambat terlampir) (Soemarno, 2001).

Analisa data

Analisa data terhadap uji daya hambat air rebusan cacing tanah terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalisi dan Escherichia coli secara in vitro dilakukan dengan cara mengukur diameter zona bening yang ada di sekeliling disk rebusan cacing tanah dan diameter yang ada disekeliling disk ampicilin (kontrol positif) dan NaCl 0,9% steril (kontrol negatif). Data yang diperoleh dari penelitian tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan dibahas secara deskriptif.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Hasil Penelitian

Penelitian terhadap Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah (L. rubellus) Terhadap Pertumbuhan E. faecalis dan E. coli Secara In vitro yang telah dilakukan di laboratorium Bakteriologi SMK Abdurrab Jurusan Analis Kesehatan Pekanbaru didapatkan hasil seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Hasil Pengaruh Air Rebusan Rebusan Cacing Tanah (L. rubellus) Terhadap


Pertumbuhan E. faecalis

Zona Hambatan E. faecalis

 

Disk 1

Disk 2

Disk 3

Rata-rata

Ampicilin

35 mm

35 mm

33 mm

34,3 mm

Aquadest

6 mm

6 mm

6 mm

6 mm

Air Rebusan Cacing Tanah

10 mm

9 mm

9 mm

9,3 mm

 

Pengujian

Tabel 4.2

Hasil Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah (L. rubellus) Terhadap


Pertumbuhan E. coli

Zona Hambatan E. coli

 

Disk 1

Disk 2

Disk 3

Rata-rata

Ampicilin

18 mm

16 mm

17 mm

17 mm

Aquadest

6 mm

6 mm

6 mm

6 mm

Air Rebusan Cacing Tanah

10 mm

10 mm

9 mm

9,6 mm

 

Pengujian

  • Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, air rebusan cacing tanah (L. rubellus) mempunyai efek menghambat pertumbuhan E. faecalis dan E. coli yang ditandai terbentuknya daerah bening disekitar cakram dengan diameter rata-rata 9,3 mm untuk E. faecalis dan 9,6 mm untuk E. coli. Zona hambatan yang dihasilkan air rebusan cacing tanah lebih kecil bila dibandingkan ampicilin sebagai kontrol positif yang menghasilkan diameter rata-rata 34,3 mm terhadap E. faecalis, dan terhadap E. coli diameter rat-rata yang dihasilkan adalah 17 mm.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kekeruhan suspensi bakteri, waktu pengeringan atau peresapan suspensi ke dalam media Muller Hinton agar, temperatur inkubasi, tebalnya agar, jarak antara disk, potensi disk obat dan komposisi media (Soemarno, 2000).

Penelitian yang dilakukan Sandra (2012) membuktikan bahwa tepung cacing tanah (L. rubellus) terhadap E. faecalis dengan konsentrasi 5%,10%,20% dan 80% dalam pelarut akuades dapat menghambat pertumbuhan S. dysentriae.

Dengan demikian hasil penelitian tentang pengaruh air rebusan cacing tanah (L. rubellus) terhadap pertumbuhan E. faecalis dan E. coli secara in vitro yang telah dilakukan, sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air rebusan cacing tanah memiliki zat aktif sebagai antibakteri yang dibuktikan dengan adanya daerah bening disekitar cakram. Zat aktif yang bersifat sebagai antibakteri tersebut adalah Lumbricin-1 dan Lumbricin-2 yang telah berhasil diidentifikasi dari cacing tanah L. rubellus dan diduga bekerja dengan cara melubangi dinding sel bakteri dan dapat mengakibatkan kematian bakteri. Peptida ini terbukti mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram negatif, Gram positif, dan jamur (Pratitis, 2010).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  • Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah (L. rubellus) Terhadap Pertumbuhan E. faecalis dan E. coli Secara In vitro maka dapat disimpulkan :

  1. Air Rebusan Cacing Tanah (L. rubellus) dapat menghambat pertumbuhan faecalis dan E. coli secara In vitro.
  2. Besar diameter rata-rata zona hambatan yang dihasilkan Rebusan Cacing Tanah (L.rubellus) Terhadap Pertumbuhan faecalis adalah 9,3 mm dan E. coli adalah 9,6 mm.

Saran

  1. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan agar melakukan penelitian terhadap Air Rebusan Cacing Tanah (L. rubellus) pada berbagai macam konsentrasi, bakteri ataupun jamur yang berbeda baik secara In vitro maupun secara In vivo
  2. Bagi SMK Abdurrab Jurusan Analis Kesehatan diharapkan untuk tetap dapat memberi kesempatan dan bimbingan pada penelitian terhadap Air Rebusan Cacing Tanah (L. rubellus)
  3. Bagi masyarakat diharapkan untuk menjaga dan memanfaatkan obat-obatan tradisional dalam mengatasi masalah kesehatan