106-metode-penelitian-pengertian-tujuan-jenis

Pemanfaatan Infusa Buah Jernang

Pemanfaatan Infusa Buah Jernang (Daemonorops draco Bl.) Terhadap Bakteri Escherichia coli Sebagai Obat Tradisional Antidiare Pada Masyarakat Suku Talang Mamak di Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau Secara In vitro

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam suku dan agama di dalamnya. Ragam suku ini mendiami pulau-pulau yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Banyaknya suku yang ada di Indonesia, menjadikan negara ini memiliki ragam budaya dan kearifan lokal. Hasil dari kerjasama BPS (Badan Pusat Statistik) dan ISEAS (Institute of South Asian Studies) merumuskan bahwa terdapat sekitar 633 suku yang diperoleh dari pengelompokan suku dan subsuku yang ada di Indonesia.

Undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan yang dikeluarkan Pemerintah Pusat sejalan dengan dukungan penuh untuk visi Riau 2020. Sebagaimana visi Riau menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan melayu Asia Tenggara. Undang-undang nomor 5 tahun 2017 Pada pasal 5 menyebutkan objek pemajuan kebudayaan meliputi tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional , teknologi tradisional, seni, bahasa permainan rakyat dan olahraga tradisional.

Provinsi Riau merupakan provinsi yang memiliki berbagai macam suku bangsa, salah satunya adalah Suku Talang Mamak, suku Talang Mamak merupakan keturunan dari bangsa proto melayu atau melayu tua (Ras Paleo• Mongoloid) yang terletak di Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten. Indragiri Hilir Provinsi Riau, kehidupan suku Talang Mamak sangat bergantung pada hutan dan ladang. Semua kebutuhan hidup mereka sudah terpenuhi dari alam sekitarnya mulai dari makanan, minum sampai obat-obatan. Selain itu, masyarakat Talang Mamak juga memiliki sistem pengetahuan dibuktikan dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai obat.(Islamuddin, 2014).

Hasil Ekspedisi Biota Medika (1998) menunjukkan Suku Talang Mamak mampu memanfaatkan 110 jenis tumbuhan untuk mengobati 56 jenis penyakit dan mengenali 22 jenis cendawan obat. Salah satu tanaman yang berkhasiat obat yang sering suku Talang Mamak gunakan adalah buah jernang, karena dapat mengobati diare, disentri, obat luka, serbuk untuk gigi, asma, sipilis, berkhasiat

apbrodisiac (meningkatkan libido) serta pembeku darah karena luka (Waluyo, 2008).

Menurut Purwanto et al, 2005 komponen kimia utama yang terkandung dalam buah Jernang adalah resin ester dan drakoresinotanol (57-82%). Resin yang berwarna merah mengandung senyawa-senyawa seperti drakoresena (14%), drakoalban (hingga 2,5%), resin tak larut (0,3%), residu (18,4%), asam benzoilasetat, flavonoid, tannin, saponin, steroid/triterpenoid dan beberapa pigmen terutama drakorhodin dan nordrakorhodin.

Kandungan kimia buah Jernang flavonoid, tannin dan saponin dapat mengobati penyakit diare. Diare adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan buang air besar terus menerus. Feses yang keluar saat buang air besar biasanya lembek atau cair. Orang awam sering menyebutnya dengan istilah “buang-buang air” atau mencret. Diare disebabkan bakteri yang dapat menyerang pencernaan sampai menyebabkan diare termasuk bakteri (Clostridium difficile, Escherichia coli, Salmonella, Shigella, dan Campylobacter), parasit atau amuba (Giardia dan Entamoeba histolytica), dan virus (Rotavirus, norovirus, adenovirus, dan astrovirus).

Menurut Waluyo dan Pasaribu (2013), hasil uji aktivitas antiosidan dan aktikoagulasi resisn Jernang hasil pengujian menunjukkan bahwa tiga jenis Jernang yang diekstrak menggunakan pelarut polar ( methanol) dan semi polar ( etil asetat) mengandung golongan senyawa yang dikenal peruntukannya sebagai obat-obatan yaitu flavonoid, triterpenoid dan tannin serta berpotensi sebagai anti oksidan.

Penggunaan tumbuhan obat sebagai obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat dikarenakan tanaman obat mudah didapat, harganya murah dan tidak mempunyai efek samping bila digunakan. Hal ini bertolak belakang dengan penggunaan obat medis dikarenakan harganya mahal dan mempunyai efek samping bila digunakan sangat.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Pemanfaatan Infusa Buah Jernang (Daemonorops draco Bl.) Terhadap Bakteri Escherichia coli sebagai Obat Tradisional Antidiare Pada

Masyarakat Suku Talang Mamak di Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau Secara In vitro

Rumusan Masalah

Apakah infusa buah Jernang (Daemonorops draco Bl) efektif dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli secara In vitro ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas infusa buah jernang (Daemonorops draco Bl) dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro.

Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui besarnya zona hambat infusa buah Jernang (Daemonorops draco Bl) dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro.
  2. Untuk membuktikan bahwa pengetahuan tradisional buah Jernang yang dipakai masyarkat suku Talang Mamak di Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau dapat di jadikan obat antidiare secara In vitro

Manfaat Penelitian

  • Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang infusa buah Jernang (Daemonorops draco Bl) dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli.

Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya Bidang Pelestarian Adat dan Nilai Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau tentang khasiat dan keefektivan infusa buah Jernang sebagai tanaman obat untuk menyembuhkan penyakit diare.

Bagi Dinas Kebudayaan

Memberikan bahan masukan dan imformasi yang cukup penting bagi aparatur Dinas yang ada di Dinas Kebudayaan Provinsi Riau untuk

mengembangkan objek wisata tanaman obat pada suku Talang Mamak di Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Jernang

Sistematika Tumbuhan

Menurut Winarto dan Alwis (2013), sistematika tumbuhan Jernang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Arecales

Familia : Arecaceae

Genus : Daemonorops

Spesies : Daemonorops draco Bl

Habitat (Daerah Tumbuh)

Potensi rotan jernang di Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Di Sumatera, rotan jernang dapat dijumpai di Provinsi Aceh, Riau dan Jambi sedangkan di Kalimantan terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Dengan kata lain pohon rotan jernang pada umumnya masih terdapat di hutan alam dan hutan lindung sedangkan saat ini keberadaannya di Jawa sudah sulit ditemukan (Winarto dan Alwis, 2013).

Dari 530 jenis rotan di dunia, sebanyak 316 jenis terdapat di hutan Indonesia. Di wilayah hutan Sumatera terdapat 132 jenis, Jawa 29 jenis, Kalimantan 138 jenis, Sulawesi 86 jenis, Maluku dan Papua 47 jenis. Tanaman rotan jernang tumbuh baik pada ketinggian 150-200 m di atas permukaan laut. Suhu udara optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 22-32°C, kelembaban nisbi rata-rata 81%, intensitas cahaya sekitar 56%. Pemberian pupuk kimia dan pupuk organik pada dosis yang tepat akan memberikan respon positif terhadap kualitas pertumbuhan tanaman (Winarto dan Alwis, 2013).

Morfologi Tumbuhan

Rotan jernang biasanya tumbuh dengan membentuk kelompok, memanjat hingga ketinggian 30 m. Batang rotan jernang langsing dan fleksibel berdiameter 2-3 cm dipenuhi duri-duri kecil dan tajam. Daun rotan jernang berwarna hijau terdiri dari helaian anak daun yang tersusun berpasang- pasangan, permukaan bagian bawah daun sedikit cekung. Buah rotan jernang seperti buah rotan pada umumnya, yaitu bulat kecil-kecil berkumpul seperti buah salak (Winarto dan Alwis, 2013). Resin jernang atau dikenal dengan pula dengan nama dragon’s blood atau darah naga merujuk pada warnanya yang merah pekat seperti darah, merupakan hasil sekresi buah rotan jernang yang menempel pada kulit buah (Waluyo, 2008).

Gambar 2.1. Buah Jernang

Sumber : https://hutanriau.or.id/jernang-bukit-batabuh-riau/

Kandungan Kimia

Komponen kimia utama yang terkandung dalam buah rotan jernang adalah resin ester dan drakoresinotanol (57-82%). Resin yang berwarna merah mengandung senyawa-senyawa seperti drakoresena (14%), drakoalban (hingga 2,5%), resin tak larut (0,3%), residu (18,4%), asam benzoilasetat, flavonoid, tannin, saponin, steroid/triterpenoid dan beberapa pigmen terutama drakorhodin dan nordrakorhodin (Purwanto et al, 2005). Drakorhodin merupakan komponen jernang utama yang memberikan warna dan merupakan turunan senyawa flavonoid antosianin. Kerangka drakorhodin terdiri atas 2 cincin aromatik yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang juga membentuk cincin ketiga dengan atom oksigen. Warna drakorhodin yang menyolok

disebabkan oleh adanya system ikatan rangkap yang sangat terkonjugasi dan umumnya memiliki aktivitas antioksidan (Shi, et al, 2009).

2.1.5 Khasiat Tumbuhan

Resin/getah jernang telah digunakan oleh bangsa Arab, Yunani, dan Romawi sebagai obat luka, membantu mengetalkan darah, menyembuhkan diare, dan menurunkan demam. Masyarakat Cina menggunakannya untuk mengobati keseleo dan mengatasi pendarahan ulkus. Resin jernang juga memiliki efek sebagai antikoagulasi, analgetik, antiinflamasi, antibakteri, antivirus, antitumor dan memiliki aktivitas sitotoksik (Gupta, et al, 2008).

Suku Talang Mamak

Sejarah Singkat Suku Talang Mamak

2.2 Peta penyebaran suku Talang Mamak

Sumber : http://www.aman.or.id/wp-content/uploads/2014/05/Paper-Talang- Mamak.pdf

Suku Talang Mamak tergolong melayu tua (proto melayu) yang merupakan suku asli Indragiri. Mereka juga menyebut dirinya "Suku Tuha". Sebutan tersebut bermakna suku pertama datang dan lebih berhak terhadap sumber daya di Indragiri Hulu. Menurut mitos, suku Talang Mamak merupakan keturunan Adam ketiga yang berasal dari kayangan turun ke bumi, tepatnya di Sungai Limau dan menetap di Sungai Tunu (Durian Cacar, tempat pati). Hal ini terlihat dari ungkapan "kandal tanah makkah, merapung di Sungai Limau, menjeram di sungai tunu". Itulah manusia pertama di Indragiri yang bernama Patih. Masyarakat Talang Mamak sendiri mengakui kalau mereka berasal dari Pagaruyung. Konon suku Talang Mamak ini suku yang terdesak

dalam konflik adat dan agama di pagaruyung dan sering disebut konflik ini dengan perang “padri”. Karena terdesak maka mereka pindah ke indragiri hulu, riau. ( Gilung, 2012)

Penyebaran suku Talang Mamak tersebar di empat kecamatan yaitu : kecamatan batang gangsal, cenaku, kelayang dan rengat barat kabupaten indragiri hulu riau. Dan satu kelompok berada di dusun semarantihan desa suo- suo kecamatan sumai kabupaten tebo jambi. Pada tahun 2000 populasi Talang Mamak diperkirakan ±1341 kepala keluarga atau ±6418 jiwa.

Pengobatan tradisonal di suku Talang Mamak

Tanah dan hutan bagi suku Talang Mamak merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan. Sejak beratus-ratus tahun mereka hidup damai dan menyatu dengan alam. Mereka hidup dari mengumpulkan hasil hutan dan melakukan perladangan berpindah. Dari dulu mereka berperan dalam penyediaan permintaan pasar dunia. Sejak awal abad ke-19 pencarian hasil hutan meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dunia terhadap hasil hutan seperti jernang, jelutung, balam merah/putih, gaharu, rota

Berbagai penyakit dapat disembuhkan dengan upacara-upacara tradisional yang selalu dihubungkan dengan alam gaib dengan bantuan dukun. Meskipun mereka hidup secara tradisional, namun untuk masalah pengobatan bisa diandalkan juga. Hasil ekspedisi biota medika (1998) menunjukkan suku Talang Mamak mampu memanfaatkan 110 jenis tumbuhan untuk mengobati 56 jenis penyakit dan mengenali 22 jenis cendawan obat. Salah satunya buah jernang, masyarakat suku Talang Mamak percaya buah jernang memiliki banyak khasiat dalam pengobatan, seperti obat diare, menyembuhkan luka, sariawan, dan lain lain.

Escherichia coli

  • Sistematika Escherichia coli

Menurut Entjang (2003), sistematika Escherichia coli adalah sebagai berikut :

Filum : Protophyta

Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli

  • Sifat Umum dan Morfologi Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang pendek, gram negatif, mempunyai ukuran 0,4-0,7 µm × 1,4 µm, dan sebagian besar gerak positif. Escherichia coli memiliki susunan antigen yang terdiri dari antigen O (somatik), H (flagelar) dan K yang terdapat pada bagian pembungkus bakteri (Entjang, 2003).

Escherichia coli bersifat oportunis dan banyak ditemukan dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Escherichia coli dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, misalnya diare pada anak dan diare pada pelancong (Syahrurachman et al, 1994).

Gambar 2.3 Escherichia coli pada Pewarnaan Gram

Sumber : https://docplayer.info/46095084-Identifikasi-bakteri-escherichia- coli.com

  • Patogenitas Escherichia coli

Escherichia coli merupakan penyebab diare yang sangat sering ditemukan. Bakteri ini memiliki berbagai strain (jenis) patogenik, di antaranya adalah Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEC) sebagai penyebab utama diare pelancong (travelers diarrhea) dan diare pada bayi di negara-negara

berkembang, Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC) penyebab utama diare kronik pada anak, Escherichia coli Enteroinvasif (EIEC) yang menyebabkan penyakit mirip disentri, dan Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC) peyebabkan infeksi yang ditandai dengan diare berdarah (Hawley, 2003).

  • Pembiakan dan Pertumbuhan Escherichia coli

Jika dilakukan pembiakan, Escherichia coli sangat baik pertumbuhannya pada media Endo Agar dan Mac Concay karena mampu menguraikan laktosa. Penguraian laktosa oleh Escherichia coli akan dihasilkan asam dan formaldehid yang akan melepas ikatan leucofuchin menjadi natrium sulfite dan fuchin kembali, sehingga menimbulkan warna merah. Pembiakan pada media Endo Agar akan terlihat koloni Escherichia coli berwarna merah dengan kilap logam sebagai ciri khas bakteri ini, sedangkan pada media Mac Concay, koloni Escherichia coli berwarna merah (Entjang, 2003).

  • Pengujian Secara In vitro

Pengujian secara In vitro adalah pengujian yang dilakukan diluar tubuh, yang berkenaan dengan percobaan biologis yang dilakukan di dalam tabung reaksi atau alat-alat laboratorium lainnya, biasanya dilakukan dengan tujuan untuk percobaan atau penelitian (Irianto, 2006).

Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyaring simplisia nabati dengan air pada suhu 90o C selama 15 menit. cara pembuatan infusa dengan simplisia segar (dirajang) masukkan kedalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas pemanas selama 15 menit terhitung mulai suhu 90o C sambil sekali-kali diaduk. Saring selagi panas dengan menggunakan kertas saring, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (Farmakope edisi IV, 1995).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratory

secara in vitro.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus 2019 sampai dengan September 2019 di Bilik Research (laboratorium mikrobiologi) Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Teknologi Laboratorium Medik dan Farmasi Yayasan Abdurrab Pekanbaru.

Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah infusa buah Jernang (Daemonorops draco Bl) yang di ambil dari Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau

Bahan, Media dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah Jernang, strain Escherichia coli, NaCl 0,9% steril (kontrol negatif), larutan standard MC. Farland ( H2SO4 1% dan BaCl2 1.175%) dan disk antibiotik ciprofloxacin (kontrol positif), alkohol 70% dan media yang digunakan adalah Muller Hinton Agar (MHA).

Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, autoclave, Oven, hote plate, Waterbath, gelas ukur, erlenmeyer, lampu spritus, labu ukur, pipet ukur, gelas objek, ose cincin, mikroskop, inkubator, batang pengaduk, kapas, disk kosong, spatula, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, kompor gas, jangka sorong, dan kapas lidi steril.

Prosedur Kerja

Sterilisasi Alat

  1. Cuci alat-alat kaca sampai bersih, lalu keringkan
  2. Bungkus alat-alat tersebut dengan kertas padi
  1. Sterilkan dalam oven pada suhu 175o C selama 90 menit
  2. Setelah cukup waktunya keluarkan dari dalam oven dan biarkan

Sterilisasi Media

  1. Timbang 3,8 gram serbuk Muller Hinton, masukkan dalam labu erlemeyer ( pemakai sesuai petunjuk kit MHA 38 gram/L)
  2. Tambahkan dengan 100 ml aquadest sambil diaduk, panaskan hingga larut, tutup dengan kapas
  3. Kemudian masukkan media tersebut ke dalam autoclave
  4. Sterilkan selama 15 menit pada suhu 121o C
  5. Setelah cukup waktu matikan autoclave, biarkan suhu turun, lalu keluarkan media dari

Desinfeksi Tempat Kerja

  1. Bersihkan meja kerja dari debu, kemudian sterilkan dengan menggunakan alkohol 70%
  2. Lingkungan kerja harus steril, untuk menghindari

Antiseptik Tangan

  1. Cuci dan bersihkan tangan terlebih dulu dengan air
  2. Lalu bersihkan tangan dengan menggunakan alkohol 70%.

3.5.5. Pembuatan Infusa buah Jernang 10%

  1. Kupas buah Jernang dari kulitnya, kemudian rajang
  2. Timbang 10 gram bahan rajangan tersebut dan masukkan ke dalam panci
  3. Tambahkan 100 ml aquadest, lalu panaskan di atas waterbath
  4. Hitung mulai suhu 90o C sambil sekali-kali diaduk selama 15 menit
  5. Setelah cukup waktu angkat dan saring selagi panas

Pembuatan Larutan Standar MC. Farland

  1. Pipet larutan H2SO4 1% sebanyak 9 ml, masukkan ke dalam tabung reaksi
  1. Tambahkan larutan BaCl22H2O 1,175% sebanyak 1 ml, kemudian homogenkan (Soemarno,2000).

Pengujian Efektivitas Bakteri

  1. Pembuatan Suspensi Bakteri

Diambil satu ujung ose koloni Escherichia coli dari media subkultur, kemudian disuspensikan dalam tabumg yang berisi NaCl fisiologis stril sampai kekeruhan sama dengan larutan standar Mc. Farlands

  1. Penanaman Pada Media Muler Hinton Agar plate
    1. Celupkan kapas lidi steril ke dalam suspensi bakteri yang sudah distandarisasi kekeruhannya, tunggu sampai meresap ke dalam kapas. Kemudian kapas lidi diangkat dan diperas dengan menekankan pada dinding tabung bagian dalam sambil
    2. Oleskan kapas lidi tersebut pada media Muller Hinton Agar plate dengan memutar cawan petri sampai permukaan media tertutup rapat
    3. Biarkan Muller Hinton Agar plate selama 5-15menit supaya suspensi bakteri meresap ke dalam agar-agar.
  1. Penempelan Disk
    1. Penempelan pada Muller Hinton Agar plate dilakukan secara manual satu-persatu dengan pinset
    2. Ambil kertas disk kosong dan celupkan ke dalam infusa buah Jernang, kemudian letakkan pada permukaan media Muller Hinton Agar plate yang sudah diolesi suspensi Escherichia coli dengan sedikit ditekan
    3. Ambil disk ciprofloxacin dan letakkan pada media Muller Hinton Agar plate di sebelah disk infusa buah Jernang, beri penekanan sedikit pada disk tersebut
    4. Ambil kertas disk kosong dan celupkan ke NaCl 0,9% steril, kemudian letakkan pada permukaan media Muller Hinton Agar plate di sebelah disk infusa buah Jernang, beri penekanan sedikit pada disk tersebut
    5. Jarak antara disk satu dengan disk lainnya tidak kurang dari 15
  2. Kemudian inkubasi dalam inkubator selama 1 × 24 jam pada suhu 37o
  1. Pembacaan
    1. Amati zona hambatan yang terjadi di sekeliling disk dan ukur panjang diameternya dengan jangka
    2. Jika terdapat zona hambatan di sekeliling disk infusa buah Jernang 10%, berarti buah Jernang memiliki kandungan zat aktif sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli
    3. Jika tidak terdapat zona hambatan di sekeliling disk infusa buah Jernang 10%, berarti buah Jerenang tidak memiliki kandungan zat aktif sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli
    4. Untuk disk ciprofloxacin sebagai kontrol positif harus bersifat sensitif terhadap bakteri Escherichia coli ( terjadi zona hambat)

3.7 Teknik Analisa Data

Analisa data Pemanfaatan Infusa buah Jernang terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara Invitro dilakukan dengan cara mengukur diameter zona bening (daya hambat) yang ada di sekeliling disk infusa buah Jernang 10% dan di bandingkan dengan diameter yang ada di sekeliling disk ciprofloxacin dan disk NaCl 0,9% steril. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan dibahas secara deskriptif.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Setelah dilakukan penelitian pemanfaatan infusa buah Jernang (Daemonorops draco Bl.) terhadap bakteri Escherichia coli sebagai obat tradisional antidiare pada masyarakat suku Talang Mamak di Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau secara In vitro seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Hasil Uji Efektivitas Infusa Buah Jernang

Bahan

Perlakuan sampel 1

Perlakuan sampel 2

Perlakuan sampel 3

Nilai Rata-rata

Infusa Buah Jernang 10 %

10,8mm

8,8mm

9,7mm

9,7mm

Ciprofloxacin

34,6 mm

35,3 mm

37,2mm

35.7mm

NaCl 0,9%

Tidak ada zona hambatan

Tidak ada zona hambatan

Tidak ada zona hambatan

-

Keterangan : ukuran diameter disk = 6mm

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pengujian dengan hasil rata-rata yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan antibiotik cifrofloxacin sebagai kontrol positif dan NaCl 0.9% sebagai kontrol negatif. Bila dibandingkan dengan nilai sensitifitas antibiotik ciprofloxacin yaitu 35,7mm bersifar sensitif (gambar tabel antibiotik ciprofloxacin terlampir). Hasil Infusa buah Jernang 10% dapat dikatakan efektif dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli secara In vitro karena mempunyai zona hambat rata-rata yaitu 9,7mm, hal ini membuktikan bahwa buah Jernang mempunyai zat aktif menghambat bakteri Escherichia coli penyebab diare

Zat aktif antibakteri dalam buah Jernang seperti resin ester, drakoresinotanol, flavonoid, tannin, saponin, steroid/triterpenoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara sintesis protein sel bakteri sedangkan Antibiotik ciprofloxacin mekanisme kerja terhadapa bakteri dengan

cara menghambat dua tipe enzim topoisomerase II yaitu DNA gyrase dan topoisomerase IV.

Partisipasi masyarakat adalah syarat mutlak dalam perumusan rencana dan upaya pemajuan kebudayaan nasional, yang terwujud dalam empat langkah strategis yaitu perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan. Perlindungan meliputi upaya-upaya menjaga keberlanjutan tanamanan Jernang sebagai warisan bagi dunia dan generasi penerus khususnya di masyarakat suku Talang Mamak Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau. Pemberdayaan meliputi upaya-upaya memberdayakan ekosistem tanaman Jernang serta meningkatkan, memperkaya dan meyebarluaskan hasil produk Jernang sebagai

bahan yang digunakan untuk berbagai penyakit secara modern.

Pemanfaatan meliputi upaya pendayagunaan Jernang sebagai hasil tanaman obat untuk pemajuan kebudayaan ekonomi dan sosial budaya. Dalam hal pembinaan merupakan upaya-upaya sumber daya manusia dalam meningkatkan dan memperluas peran aktif dan inisiatif masyarakat sekita dalam kemajuan kebudayaan. Pembinaan terhadap suku Talang Mamak diharapkan meningkatkan pendidikan dan pelatihan dibidang tata kelola tanaman obat yang telah terinventarisasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai pemanfaatan infusa buah Jernang (Daemonorops draco Bl.) terhadap bakteri Escherichia coli sebagai obat tradisional antidiare pada masyarakat suku Talang Mamak di Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau secara In vitro dapat disimpulkan :

  1. Infusa buah Jernang (Daemonorops draco ) dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli dibuktikan dengan adanya zona hambat di sekitar disk Infusa buah Jernang (Daemonorops draco Bl.) sebesar 9,7mm.
  2. Bahwa telah dibuktikan bahwa teknologi tradisional buah Jernang yang dipakai masyarakat suku Talang Mamak di Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau dapat di jadikan obat antidiare yang di uji secara uji In vitro

Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian tentang efektivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella dysentri.
  2. Bagi masyarakat diharapkan untuk menjaga dan memanfaatkan tanaman obat dalam mengatasi masalah kesehatan
  3. Bagi Dinas Kebudayaan Provinsi Riau perlu peningkatan koordinasi antar- sektor terkait mengenai penanaman dan pemanfaatan tanaman obat. Perlu ada dukungan kebijakan pemerintah yang lebih kuat agar program TOGA dapat menjadi program prioritas atau paling tidak program rutin yang tidak disisipkan ke program