106-metode-penelitian-pengertian-tujuan-jenis

Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Deskripsi Tanaman Serai  Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Tanaman serai (Cymbopogon nardus L. Rendle) merupakan tanaman yang memiliki potensi ekonomi cukup tinggi, karena tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk dikonsumsi, aromaterapi dan pestisida alami. Sereh mempunyai nama daerah yaitu serai wangi (Malaysia), citronella grass (Inggris), dan sereh (Indonesia) (Quattrocchi, 2006:548). Tanaman sereh wangi merupakan terna tahunan dengan tinggi sekitar 0,5-1 meter. Batang tidak berkayu, beruas pendek dan berwarna putih. Daun tunggal berjumbai, berpelepah, ukurannya 25-75 cm, lebar 1,5 cm, dan berwarna hijau muda. Akar tanaman sereh berakar dalam dan berserabut dari dasar yang tebal. Tanaman sereh berdiri tegak lurus hingga 2,5 m, dengan puncak melayu, lembaran daun gundul, pinggir permukaan kasar, membran bagian dalam mencapai ketinggian 5 mm, dan gundul. Perbanyakan dilakukan dengan pemisahan stek anakan (Emmyzar dkk., 2002).

Selain itu, tanaman sereh mempunyai tekstur yang lemas dan sulit patah. Tulang daun tanaman ini berbentuk sejajar. Apabila daunnya dipecah atau diremas akan berbau wangi. Pangkal batang tanaman sereh ini membesar dan mempunyai pelepah daun berwarna kuning kehijauan bercampur dengan warna merah keunguan. Bentuk tanaman ini menyerupai rumput, berumpun banyak dan mengumpul menjadi gerombol besar. Batangnya melengkung sampai 2/3 bagian panjang daunnya (Emmyzar dkk., 2002). Umumnya komponen kimia minyak yang terdapat dalam suatu tanamam sereh dipengaruhi oleh jenis tanaman dan lokasi tempat yang berbeda (Guenther,1987). Tanaman sereh genus Cymbopogon meliputi hampir 80 spesies. Tanaman sereh terdiri dari dua jenis yaitu jenis mahapengiri mempunyai ciri-ciri daunnya lebih lebar dan pendek, rumpun daun sereh wangi pada umur 6 bulan akan merunduk sehingga tinggi rumpun kurang dari 1 meter, membutuhkan lahan yang lebih subur, disamping itu menghasilkan minyak dengan kadar sitronelal 30- 45% dan geraniol 65- 90%. Sedangkan jenis lemabatu mempunyai ciri-ciri yaitu daunnya yang lebih panjang dan ramping, rumpunnya akan tumbuh lebih tinggi, 5 dapat tumbuh pada lahan yang kurang subur, dan menghasilkan minyak atsiri dengan kadar sitronelal 7-15% dan geraniol 55-65% (Guenther, 1990).

Klasifikasi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Menurut Integrated Tasonomic Information System (2005). Taksonomi serai wangi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poacea

Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus L. Rendle


Syarat Tumbuh Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Tempat penyebaran tanaman sereh di daerah tropis termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, India dan Asia Selatan. Penyebaran tanaman sereh di A B C 6 Indonesia terutama banyak tumbuh di daerah Tasik Malaya, Bandung, Palembang, Padang, Ujung Pandang dan Solo (Ketaren, 1985:204-220) pada ketinggian 200 – 1.000 m DPL dengan ketinggian yang ideal 250 – 600 m DPL. Pada ketinggian ini sereh wangi menghasilkan presentase dan mutu minyak atsiri yang baik. Namun sereh dapat tumbuh diberbagai tipe tanah baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai pada ketinggian 1.200 m DPL, dengan ketinggian optimum 250 m DPL. Suhu tumbuh optimum 23 – 30 , dan distribusi hujan merata sepanjang 10 bulan. Curah hujan berfungsi sebagai pelarut zat nutrisi, pembentukan sari pati dan gula serta membantu pembentukan sel dan enzim. Memerlukan sinar matahari yang cukup karena mampu meningkatkan kadar minyaknya.

Secara umum sereh wangi tumbuh baik pada tanah gembur sampai liat dengan pH 6,0 – 7,5. Dengan curah hujan rata-rata maksimal 1.000-1.500 mm/tahun, dengan musim kemarau 4- 6 bulan (Zainal dkk., 2004). Perbanyakan tanaman yang paling mudah adalah dengan pemecahan rumpun tanaman dewasa. Sereh wangi yang akan diambil minyak atsirinya agar dipangkas sebelum munculnya bunga, karena jika bunganya sudah muncul maka mutu minyaknya akan lebih rendah (Ginting, 2004). Ciri-ciri yaitu daunnya yang lebih panjang dan ramping, rumpunnya akan tumbuh lebih tinggi, dapat tumbuh pada lahan yang kurang subur, dan menghasilkan minyak atsiri dengan kadar sitronelal 7-15% dan geraniol 55-65% (Guenther, 1990).

Manfaat Tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Tanaman sereh wangi mempunyai beberapa kegunaan salah satunya adalah sebagai vegetasi konservasi yaitu potensial untuk mencegah terjadinya erosi tanah dan merehabilitasi lahan-lahan kritis. Tanaman sereh terutama batang dan daun bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk karena mengandung zat-zat seperti geraniol, metil heptenon, terpen-terpen, terpen-alkohol, asam-asam organik, dan terutama sitronelal sebagai obat nyamuk semprot. Dalam beberapa penelitian, daun sereh mengandung zat anti-mikroba dan anti-bakteri yang sangat berguna khususnya untuk mengobati infeksi pada lambung, usus, saluran kandung kemih, menyembuhkan luka, peluruh kentut (karminatif), penambah nafsu makan 7 (stomakik), obat pasca bersalin, penurun panas, dan pereda kejang atau antispasmodic (Kurniawati, 2010).

Akar sereh juga bermanfaat sebagai pengencer dahak, obat kumur, peluruh keringat (diaforetik), dan penghangat badan. Sebuah tim riset dari Ben Gurion University di Israel pada tahun 2006 menemukan bahwa sereh menyebabkan apoptosis (kematian sel) dalam sel kanker. Berdasarkan studi in vitro, peneliti mengamati pengaruh molekul sitral yang ditemukan dalam sereh terhadap sel normal dan sel kanker. Pada konsentrasi sitral 1 gram sereh dalam air panas, sitral memicu apoptosis dalam sel kanker tanpa memengaruhi sel normal (Kurniawati, 2010). Tanaman sereh dapat digunakan dalam pengobatan penyakit stroke, karena berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, sereh dapat menginhibisi agregasi platelet, antikonvulsan, penurunan tekanan darah, dan vasorelaksan.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa tanaman sereh dapat digunakan dalam pengobatan penyakit stroke. Hal ini sesuai dengan pendapat Alemeida (2011), bahwa minyak sereh dapat menginhibisi agregasi platelet, antikonvulsan, penurunan tekanan darah, dan vasorelaksan (Junior, 2008). Kandungan senyawa seperti geranil butirat, lomonen, eugenol, metileugenol, geranial pada sereh dapat mencegah penyakit kanker, mengobati gangguan pencernaan, menurunkan tekanan darah, detoksifikasi, manfaat pada sistem saraf, berfungsi sebagai analgesik, memperindah kulit dan kesehatan wanita (PT Deherba Indonesia, 2015).

Kandungan Kimia pada Tanaman Serai Wangi dan Minyak Serai (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Kandungan dari sereh terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal 30- 45%, geraniol 65-90%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2- 4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen. Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek. Menurut Sastrohamidjojo (2007), kandungan utama dan terpenting terdapat pada sereh wangi adalah sitronelal dan geraniol. Kedua senyawa ini mempengaruhi kualitas minyak, menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. 8 Kadar komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor. Apabila kandungan geraniol tinggi, maka kandungan sitronelal juga tinggi.

1. Geraniol (C10 H 18 0 )

Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1 molekul air. Geraniol dapat dioksidasi menjadi sitral dan senyawa ini digunakan pada pabrik pembuatan ionon. Alfa-ionon digunakan secara ekstensif dalam pewangi karena baunya yang mirip dengan bunga violet. Geraniol lebih lanjut digunakan dalam pembuatan nerolidol dan farnesol.

2. Sitronelal (C10 H 16 0 )

Sitronelal merupakan senyawa penting yang terdapat pada sereh wangi. Kandungan sitronelal tinggi, maka kandungan geraniol juga tinggi. Penggunaan yang penting sitronelal adalah untuk pembuatan hidroksi sitronelal melalui hidrasi. Senyawa hidroksi sitronelal tidak diperoleh secara alami tetapi senyawa tersebut merupakan senyawa sintetik yang paling penting dalam pewangian. Senyawa tersebut memiliki bau yang harum seperti floral-lily dan digunakan secara luas dalam pewangi untuk sabun dan kosmetik.  Standar Mutu Minyak Sereh Wangi Standar mutu minyak sereh wangi untuk kualitas ekspor dapat dianalisis berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3953-1995. Menurut kriteria 9 fisis yaitu berdasarkan warna bobot jenis, indeks bias, sedangkan secara kimia berdasarkan total geraniol, total sitronelal, dan kelarutan dalam etanol 80%. 

Minyak sereh wangi tidak memenuhi syarat ekspor apabila kadar geraniol dan sitronelal rendah atau mengandung bahan penuaan. Kadar geraniol dan sitronelal yang rendah biasanya disebabkan oleh jenis tanaman sereh yang kurang baik, di samping pemeliharaan tanaman yang kurang baik serta umur tanaman yang terlalu tua. Bahan-bahan tambahan yang terdapat dalam minyak sereh wangi berupa lemak, alkohol dan minyak tanah sering digunakan sebagai bahan pencampur (Ketaren dkk., 1978). 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Minyak Atsiri Serai Wangi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak atsiri sereh yaitu:

1. Perlakuan pendahuluan terhadap batang sereh wangi

Peningkatan presentase minyak sereh telah dibuktikan Adams (2008) dengan tiga proses (proses pembersihan, pengeringan dan penghalusan ukuran). Pada proses pengeringan sebagian besar membran sel akan pecah sehingga cairan sel bebas masuk dari satu sel ke sel yang lain sehingga membentuk senyawasenyawa yang mudah menguap (Sastrohamidjojo, 2014).

2. Lokasi tanam

Lokasi tanam akan berpengaruh seperti iklim, suhu dan curah hujan. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi lokasi tanam akan semakin rendah suhu udaranya, dan semakin rendah lokasi tanam maka suhu yang terdapat pada lokasi tersebut akan semakin tinggi. Tanaman sereh yang ditanam di dataran tinggi yang memiliki suhu rendah akan mengalami gangguan fisiologis. Gangguan fisiologis merupakan laju fotosintesis tidak berjalan dengan lancar karena kurangnya intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman sereh. Sedangkan di lokasi tanam dataran rendah tanaman sereh yang memiliki habitat tumbuh di daerah dengan suhu udara yang tinggi tidak akan mengalami gangguan fisiologis dan laju fotosintesisnya berjalan dengan lancar karena tanaman sereh wangi sangat cocok ditanam di tempat terbuka (tidak terlindung) dengan kisaran intensitas cahaya matahari antara 75- 100%, dengan suhu rata-rata harian yang mencapai 28-30°C. Dalimartha, (1999) dan Sofiah, (2010) menyatakan bahwa tanaman sereh merupakan tanaman yang memerlukan cahaya matahari yang panas, serta tumbuh maksimal pada suhu 23°C-30°C.

3. Tanah

Tanah merupakan tempat tumbuh dan sumber unsur hara yang diperlukan tanaman. Kandungan zat hara yang dimiliki tanah berperan penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi akar tumbuhan. Inceptiols atau aluvial merupakan tanah muda yang mulai berkembang, pembentukan horizonnya lambat akibat 11 perubahan bahan induk dan memiliki tingkat kesuburan dari sangat rendah sampai tinggi (Munir, 1996). Inceptiols secara umum memiliki kejenuhan basa lebih dari 60% pada kedalaman 25 cm hingga 75 cm, sehingga tanah ini tergolong tanah yang subur. Menurut Soenardi dkk., (1981) petani pada umumnya menanam sereh wangi pada lahan-lahan marginal dengan topografi yang beragam, mulai dari yang datar sampai berlereng secara monokultur, dimana produksi pada panen 1 sampai ke 3 meningkat akan tetapi panen berikutnya sampai ke 7 produksi turun hampir 50%. Lebih lanjut Mansur (1990) menjelaskan bahwa terjadinya penurunan produksi batang segar dan minyak setelah tahun kedua adalah karena meningkatnya tumbuh rumpun tanaman sereh wangi, sehingga akar yang baru tumbuh tidak dapat mencapai tanah yang menyediakan hara, yang mengakibatkan produksi anakan merosot apabila penggemburan tanah dan pemupukan tidak dilaksanakan dengan baik. Pemberian pupuk organik pada lahan-lahan marginal, selain dapat meningkatkan produktivitas tanaman juga merupakan salah satu komponen budidaya yang ramah lingkungan. Pupuk organik baik pupuk kandang, kompos, ataupun pupuk hijau dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan dalam tanah, dan mengandung zat makanan tanaman (Rinsema, 1983).

4. Proses Penyulingan Minyak Serai Wangi

Menurut Guenther (1990), agar diperoleh minyak yang bermutu tinggi maka penyulingan hendaknya berlangsung pada tekanan rendah dan dapat juga pada tekanan tinggi tetapi dalam waktu yang singkat. Proses penyulingan dengan menggunakan tekanan dan suhu rendah mempunyai keuntungan yaitu minyak yang dihasilkan tidak mengalami kerusakan akibat panas. Disamping itu mengurangi penguapan komponen bertitik didih tinggi dan larut di air (Harris, 1987). Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya semakin lambat gerakan uap dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan rendemen minyak per jam rendah. Penyulingan dengan tekanan tinggi tidak selalu menghasilkan rendemen dan mutu yang lebih baik. Penggunaan tekanan uap yang 12 terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan komponen-komponen penyusun minyak. Lama penyulingan tergantung dari tekanan uap yang dipergunakan dan faktor kondisi terutama kadar air batang sereh. Pada prinsipnya, tekanan yang dipergunakan tidak boleh terlalu tinggi, karena pada tekanan yang terlalu tinggi minyak akan terdekomposisi, terutama pada waktu penyulingan yang terlalu lama.

Hasil sulingan berat kering lebih tinggi daripada berat basah hal ini dikarenakan batang basah yang langsung disuling masih banyak mengandung air pada bagian daunnya, sedangkan hasil sulingan batang kering lebih tinggi karena ada proses pelayuan batang sebelum melakukan proses penyulingan. Dengan melakukan proses pelayuan ini maka kandungan air yang terdapat dalam batang tanaman sereh akan menguap sehingga proses penyulingan akan menghasilkan minyak yang lebih banyak. Menurut Nurdjanad dan Ma’mun (1993), mengungkapkan pelayuan bahan sulingan akan meningkatkan rendemen minyak yang dihasilkan karena selama proses pelayuan akan terjadi penguapan air dari bahan. Lepasnya air dari bahan akan menyebabkan pecahnya sel-sel minyak sehingga memudahkan dalam proses pengambilan minyak selama proses penyulingan.

Manfaat Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)

Minyak sereh wangi sebagai hasil produksi dari tanaman sereh wangi berguna sebagai bahan bio-aditif bahan bakar minyak (Seputra, E.A, 2008). Berbagai industri telah memanfaatkan minyak sereh wangi sebagai bahan baku untuk membuat shampo, pasta gigi, losion, pestisida nabati dan juga pewangi sabun (Kardinan, 2004).Minyak atsiri serai dapat digunakan untuk penyakit infeksi dan demam serta dapat mengatasi masalah sistem pencernaan dan membantu regenerasi jaringan penghubung (Agusta, 2002).

Salah satu teknologi alternatif yang aman sebagai pengganti pestisida sintetik adalah pemanfaatan minyak atsiri sereh wangi mampu menghambat perkembangan bahkan membunuh organisme penganggu tanaman (OPT). Aplikasi minyak atsiri sereh wangi dengan cara penyemprotan (Balai Penelitian Tanaman Buah Tropoka, 2015). Hama yang bisa dikendalikan oleh minyak atsiri 13 sereh wangi adalah penggerek buah jeruk, kutu putih, kutu dompolan, kutu daun, thrips, lalat buah, kutu sisik. Senyawa lain dalam minyak atsiri yang direkomendasikan efektif untuk menghilangkan bau badan atau deodorant adalah geraniol, patcoulol dan linalool. Minyak atsiri dipercaya mampu menenangkan jiwa. Menurut Dra. Koensoemardiyah, Apt (2015), ahli terapi aroma Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, jika senyawa pada minyak atsiri masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem limbik atau pengatur emosi. Molekul-molekul senyawa minyak atsiri sangat halus dan berukuran nano partikel, sehingga ketika aroma minyak atsiri tercium oleh hidung, molekul itu akan berikatan dengan reseptorreseptor penangkap aroma yang terdapat dalam hidung. Selanjutnya, reseptor itu akan mengirim sinyal-sinyal kimiawi melalui jalur saraf ke sistem limbik di otak. Sistem itulah yang mengatur keadaan emosi seseorang. Dengan membangkitkan semangat, tubuh terdorong untuk menyembuhkan diri sendiri. Terapi aroma menggunakan minyak atsiri juga bersifat menenangkan. Apalagi jika terapi aroma dikombinasikan dengan pijatan yang berefek relaksasi. Pijatan berguna untuk melunturkan otot dan melancarkan pembuluh darah, sehingga tubuh kembali segar. Senyawa minyak atsiri masuk dalam pembuluh darah melalui pembuluh pembuluh yang terdapat di sepanjang epidermis dan dermis kulit (Prosiding Penelitian SPESIA, 2015).


Sumber : sinta.unud.ac.id