UJI AKTIVITAS KRIM KULIT DURIAN
UJI AKTIVITAS KRIM KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus sp. PENYEBAB JERAWAT SECARA In Vitro
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih selalu digunakan masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan yang masih kaya dengan keanekaragaman tumbuhannya. Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan pun memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia. Obat tradisional Indonesia masih sangat banyak yang belum diteliti, khususnya yang sebagian besar berasal dari bahan tumbuhan (Wayan, 2004).
Salah satu tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah buah durian (Duriozibethinus Murr).Buah durian yang sering dikonsumsi selama ini hanya bagian daging buanya saja,ternyata jika dilihat kegunaan durian bukan hanya dagingnya yang bisa dimanfaatkan, tetapi juga ditemukan berbagai manfaat dari kulit durian yang sering dibuang, sehingga menjadi sampah yang pada akhirnya membusuk.
Hasil penelitian Pratiwi (2008) mengatakan senyawa fitokimia dapat berkhaisat sebagai antijamur dan antibakteri seperti alkaloid saponin tanin fenolitik, flavonoid dan tirterpenoid.Senyawa fitokimia sebagai antijamur yang berasal dari tanaman sebagian besar diketahui merupakan metabolit sekunder tanaman terutama golongan fenolik dan terpen dalam minyak atsiri. Minyak atsiri adalah zat biologis aktif sebagai antibakteri dan antijamur sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pengawet pada makanan dan sebagai antibiotik alami. Salah satu tanaman yang memiliki senyawa tersebut adalah tanaman buah durian.
Manusia mempunyai berbagai jenis penyakit kulit, salah satunya adalah penyakit jerawat (acne vulgaris). Jerawat adalah penyakit peradangan kulit yang disertai dengan penyumbatan saluran kelenjar minyak pada kulit dan rambut (saluran pillosebasea). Kondisi kulit seperti ini dapat memberikan peluang bagi bakteri anaerobik aerotolerans seperti halnya P. acnes untuk bereproduksi dan menimbulkan jerawat (Djanggola et al.,2016).
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian Uji Aktivitas Krim Kulit Durian (Durio zibethinus Murr) Terhadap Bakteri Staphylococcus sp. PenyebabJerawat.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengatasi permasalahan infeksi bakteri dengan memanfaatkan limbah kulit durian.
Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum
Untuk menenentukan apakah ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr)
dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp.
1.3.2Tujuan Khusus
Untuk menentukan besar zona hambat yang dihasilkan ekstrak kulit durian terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp.
Manfaat Penelitian
Bagi Penulis
Untuk menambah pengalaman, ilmu, wawasan dan pengetahuan tentang ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp.
Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi perpustakaan SMK Abdurrab Jurusan Farmasi Pekanbaru khususnya dalam bidang mikrobiologi.
Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat kulit durian sebagai antibakteri
BAB II TINJAUANPUTAKA
- Durian
- Klasifikasi durian
Menurut Uji (2005) taksonomi tanaman durian yaitu:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dileniidae
Ordo : Malvales
Familia : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Mur
Morfologi Durian
Gambar 2.1 kulit buah durian.
Durian merupakan tanaman daerah tropis, karenanya dapat tumbuh baik di Indonesia. Panjang buah durian yang matang bisa mencapai 30-45 cm dengan lebar 20-25 cm, dan berat antara 1,5-2,5 kg. Setiap buah berisi 5 juring yang di dalamnya terletak 1-5 biji yang diselimuti daging buah yang berwarna putih, krem, kuning, atau kuning tua. Tiap varietas durian menentukan besar kecilnya ukuran buah, rasa, tekstur, dan ketebalan daging (Widhi, 2009).
Tanaman durian dihabitat alami tumbuh tahunan hingga mencapai ratusan tahun. Pohonnya berkayu dapat mencapai ketinggian 50 meter atau lebih, bercabang banyak segitiga. Setiap percabangan tanaman durian tumbuh mendatar atau tegak
membentuk sudut 30-40 tergantung pada jenis. Daun berbentuk bulat memanjang dengan bagian ujung runcing, bagian tengah daun bersela-sela dan tumbuh secara tunggal dan daunnya agak tebal, permukaan daun berwarna kecoklat-coklatan, bunga durian berwarna putih dan setiap pohon durian berbunga sangat banyak mencapai 100 kuntum bunga. Buah durian berbentuk bulat atau lonjong dan tidak teratur, ukuran kecil sampai besar, kulitnya berduri bagian dalam berongga atau beruang yang didalamnya berisi biji terbungkus oleh daging buah (Bernard,2009).
Kulit Durian
Selama ini masyarakat hanya mengenal dan mengonsumsi daging buah durian dan bijinya untuk dibuat berbagai macam panganan, misalnya dodol, lempok, campuran kolak, selai, bahan campuran untuk kue, tempoyak (daging buah durian yang diawetkan) dan lain-lain. Sedangkan kulit durian hanya dibuang begitu saja sehingga menjadi setumpuk sampah yang mengakibatkan bau busuk dan mendatangkan banyak kuman, serangga, lalat dan nyamuk yang tentunya akan berujung pada timbulnya sarang dan sumber penyakit (Prabowo, 2012).
Kandungan dari kulit durian yaitu, flavonoid, saponin, unsur selulosa, lignin, serta kandungan pati. Hasil penelitian menunjukkan, kulit durian secara proporsional mengandung unsur selulose yang tinggi(50-60%) dan kandungan lignin (5%) serta kandungan pati yang rendah (5%) sehingga dapat diindikasikan bahan tersebut bisa digunakan sebagai campuran bahan baku pangan olahan serta produk lainnya yang dimanfaatkan. Selain itu, limbah kulit durian mengandung sel serabut dengan dimensi yang panjang serta dinding serabut yang cukup tebal sehingga akan mampu berikatan dengan baik apabila diberi bahan perekat sintetis atau bahan perekat mineral (Afif, 2007).
Kulit buah durian juga mengandung senyawa fenolik, flavonoid, saponin, dan tanin. Hal ini menunjukkan bahwa kulit buah durian dapat digunakan sebagai antibakteri. Selain itu, kandungan kimia kulit durian yang dapat dimanfaatkan adalah pektin. Pektin merupakan senyawa yang baik digunakan sebagai pengental dalam makanan. Sehingga pectin yang diperoleh dari kulit durian dapat dimanfaatkan sebagai pengental dalam pembuatan cendol atau dapat dijadikan sebagai tepung dan kulit durian juga dapat digunakan sebagai penolak nyamuk (Afif, 2007)
Staphylococcus sp.
Staphylococcus sp. merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7- 1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri. Berbagai derajat hemolisis disebabkan oleh S. aureus dan kadang- kadang oleh spesies stafilokokus lainnya. (Jawetz et al., 2008).
Infeksi oleh S.aerus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S.aereus adalah bisul,jerawat,impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S.aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial,keracunan makanan,dan sindroma syok toksik (Kusuma,2009).
- Klasifikasi Staphylococcus aureus
Menurut Uji (1884) taksonomi Staphylococcus aureus yaitu : Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. Aureus
Nama binomial : Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus epidermidis menurut Nilsson et all. (1998) adalah : Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. epidermidis
Gambar 2.2 Staphylococcus aureus
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Kusuma, 2009).
Jerawat (acne vulgaris)
Acne vulgaris atau yang sering dikenal dengan sebutan jerawat merupakan gangguan inflamatorik pada kelenjar sebasea dan masalah kulit yang paling umum dialami remaja, namun lesi juga bisa muncul saat penderita berusia 8 tahun. Walaupun lebih sering terjadi dan lebih parah dialami anak lelaki daripada anak perempuan, acne (jerawat) yang dialami perempuan biasanya muncul lebih awal dan cenderung berlangsung lebih lama, kadang-kadang hingga penderita menginjak masa dewasa. Jika ditangani dengan baik, prognosisnya baik. (William and Wilkins,2008)
Menurut Wikipedia.org (2012), jerawat adalah penyakit kulit yang cukup besar jumlah penderitanya. Kligmann, seorang peneliti masalah jerawat ternama dunia berpendapat, ”Tak ada satu orang pun didunia yang melewati masa hidupnya tanpa sebuah jerawat dikulitnya”.
Gambar 2.3 Jerawat (acne vulgaris)
Acne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai pilosebasea (polikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan didaerah muka, leher, serta bagian atas. Acne ditandai dengan komedo tertutup (white head), komedo terbuka (black head), papula, pustul, nodus, dan kista (Brunner dan Suddarth,2001)
BAB III METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat inovasi dan eksperiment laboratory secara In vitro yaitu melihat daya hambat krim limbah kulit durian terhadap bakteri Staphylococcus sp penyebab jerawat.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2020 di laboratorium Farmakognosi, Ilmu Resep, Kimia Farmasi, Mikrobiologi SMK Abdurrab Pekanbaru.
Sampel
Sampel yang digunakan adalah limbah kulit durian yang diambil dipasar pagi Arengka Pekanbaru dan kemudian dimanfaatkan menjadi krim anti jerawat.
Alat, Bahan dan Medium Penelitian
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain vacum rotary evaporator, timbangan analitik, gelas ukur, gelas piala, vortex, elenmeyer, botol ekstrak, tabung reaksi, pipet tetes, pipet volumetrik,lumpang, alu, cawan penguap, beker gelas, sendok spatula, kaca arloji, cawan petri, lidi bakteri, kapas, bunsen, pinset, oven, jangka sorong dan aluminium foil
Bahan-bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain Staphylococcus sp. Ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) ,Emulgid, parafin, Aqua dest Chloramphenicol (kontrol positif), Emulgid suspensi bakteri Straphylococus sp, etil asetat 96% sebagai bahan maserasi ekstrak kulit buah durian (Durio zibethinus Murr) dan media yang digunakan pada penelitian ini adalah medium Mueller Hilton Agar (MHA).
Prosedur Penelitian
- Pengolahan Sampel
Pengolahan Sampel Limbah Kulit Durian dilakukan dengan beberapa tahapan: Pengumpulan limbah kulit durian, disortasi basah, pemisahan kulit dan duri, perajangan, pengeringan dengan oven (60ºC selama 48 jam), disortasi kering.
Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Durian
Sampel kering limbah kulit durian rendam dengan etil asetat 96%. Maserasi selama 3-4 hari sambil sesekali diaduk. Uapkan pelarut dengan menggunakan vacum rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental (Dasa, 2015).
Pembuatan Krim Kulit Durian
Pembuatan krim kulit durian 10% didahului dengan pembuatan basis krim sebelum dicampurkan dengan ekstrak kulit durian, adapun formulasi Krim Kulit durian yang digunakan :
R/ Emulgid 15
Paraffin Liq 15
Ekstrak Kulit Durian 10
Aqua dest ad 100
Pengujian Daya Hambat Bakteri
- Sterilisasi alat
Cuci alat-alat kaca sampai bersih, keringkan, bungkus dengan kertas padi, sterilkan dalam oven pada suhu 150 - 160°C selama 1 jam dan waktunya cukup keluarkan dari dalam oven dan biarkan dingin (Hasnyimi, 2010).
- Pembuatan Media Potato Dextrose agar
Timbang 3,8 gram media PDA, masukkan dalam labu erlemeyer (pemakaian sesuai petunjuk kit : 38 gr/L), tambahkan dengan 100 ml akuades sambil dikocok, panaskan hingga larut, tutup dengan kapas, sterilkan di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121°C, setelah cukup waktu matikan autoclave, biarkan suhu turun, lalu keluarkan media dari autoclave dan
tambahkan antibiotik kloramfenikol sebanyak 1ml, homogenkan, masukkan ke dalam petridisk steril (Oxoid, 2012)
4. Pembuatan Suspensi Bakteri
Ambil satu ose koloni strain bakteri, kemudian suspensikan dalam tabung yang berisi NaCl 0,9% steril sampai kekeruhan sama dengan larutan standar Mc. Farland (Soemarno. 2001)
- Penanaman Pada Media Potato Dextrose agar
- Celupkan kapas lidi kapas steril ke dalam suspensi jamur yang sudah distandarisasi kekeruhannya, tunggu sampai meresap ke dalam kapas. Kemudian kapas lidi diangkat dan diperas dengan menekankan pada dinding tabung bagian dalam sambil
- Goreskan kapas lidi tersebut pada media Potato Dextrose Agar plate dengan memutar cawan petri sampai permukaan media tertutup rapat
- Biarkan media selama 5 - 15 menit supaya suspensi jamur meresap ke dalam agar (Jawetz, 2000).
6. Penempelan Disk
- Penempelan pada Potato Dextrose Agar plate dilakukan secara manual satu-persatu dengan
- Siapkan ekstrak limbah kulit durian, kontrol positif (Chloramphenicole), dan kontrol negatif (Emulgit).
- Ambil disk kosong dan celupkan ke dalam ekstrak limbah kulit durian letakkan pada permukaan media Potato Dextrose Agar yang sudah ditanam Staphylococcus sp. dengan sedikit
- Ambil disk kosong dan celupkan ke dalam Chloramphenicole (kontrol positif) dan Emulgit (kontrol negatif) dengan menggunakan pinset letakkan pada permukaan media Potato Dextrose Agar yang sudah ditanam Staphylococcus sp. dan tekan
- Jarak antara disk yang satu dan disk yang lain tidak kurang dari 2
- Kemudian inkubasi dalam inkubator selama 2-5 hari pada suhu 30o C (Soemarno, 2001).
7. Pembacaan Zona Hambat
- Amati zona hambatan yang terjadi di sekeliling disk dan ukur panjang diameternya dengan jangka
- Jika terdapat zona hambatan di sekeliling disk, berarti ekstrak kulit durian memiliki kandungan zat aktif sebagai antijamur terhadap Staphylococcus sp.
- Jika tidak terdapat zona hambatan di sekeliling disk, berarti ekstrak kulit durian tidak memiliki kandungan zat aktif sebagai antijamur terhadap Staphylococcus sp.
AnalisaData
Data disajikan dalam table distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif. Analisa data deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran pada setiap variable dari hasil penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Pemanfaatan limbah kulit durian terhadap bakteri Staphylococcus sp. dilakukan menggunakan pelarut etil asetat 96%, chloramphenikol sebagai kontrol positif, kontrol negatif yaitu emulgit. Hasil pengukuran diameter zona hambatan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit durian (Durio zibethinus Murr) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.
Zona Hambatan
Pengujian
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Rata-rata
|
(emulgit) (-) (+)
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dilihat zona hambatan yang terjadi pada limbah kulit durian memiliki rata-rata 7,3 mm, sedangkan pada Chloramphenikol (kontrol positif) memberikan rata-rata sebesar 19 mm dan pada kontrol negatif tidak terjadi zona hambat (diameter disk = 6 mm).
Tabel 4.2 Hasil Uji Daya Hambat II Ekstrak Kulit durian (Durio zibethinus Murr) Terhadap Pertumbuhan Bakteri S. Epidermidis
Zona Hambatan
Pengujian
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Rata-rata
Krim Kulit durian | 11 mm | 12 mm | 10 mm | 11 mm |
Basis Cream (-) | 6 mm | 6 mm | 6 mm | 6 mm |
Chloramfenikol (+) | 17 mm | 16 mm | 18 mm | 17 mm |
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak kulit durian dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp., karna kulit durian mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, fenolik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Setyowati, 2013).
Flavonoid, saponin dan tannin yang terkandung dalam ekstrak limbah kulit buah durian termasuk golongan senyawa fenolik. Senyawa fenolik dan saponin bersifat larut dalam air dan mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH), sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel dan membentuk kompleks dengan protein membran sel. Kompleks protein senyawa fenolik terbentuk dengan ikatan yang lemah, sehingga akan segera mengalami peruraian kemudian diikuti penetrasi senyawa fenolik ke dalam sel yang menyebabkan presipitasi dan terdenaturasinya protein membran sel. Kerusakan pada membran sel menyebabkan perubahan permeabilitas pada membran, sehingga mengakibatkan lisisnya membran sel bakteri.
Chloramphenikole sebagai kontrol positif dapat menghambat pertumbuhan beberapa golongan bakteri, chloramphenicole merupakan antibakteri, bekerja menghambat sintesis protein dan bersifat bakteriostatik.
Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2008) mengatakan senyawa fitokimia dapat berkhasiat sebagai antibakteri seperti alkaloid saponin tanin fenolitik, flavonoid dan tirterpenoid, dengan demikian hasil penelitian tentang pemanfaatan limbah kulit durian yang telah dilakukan, sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ektrak kulit durian mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan kata lain ekstrak kulit durian bersifat antibakteri.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr), dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp. penyebab jerawat yang dibuktikan dengan terbentuknya zona hambat sebesar 7,3 mm dan 11mm.
Saran
- Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan kulit durian (Durio zibethinus Murr) terhadap jenis bakteri pathogen yang
- Bagi Institusi Pendidikan agar mendapat tambahan ilmu dan berbagai pengetahuan tentang pemanfaatan limbah kulit buah durian (Durio zibethinus Murr) serta dapat mengembangkan ilmu dan pengetahuan
- Disarankan pada masyarakat untuk memanfatkan kekayaan yang ada di alam, terutama untuk masalah pengetahuan dan pengobatan