106-metode-penelitian-pengertian-tujuan-jenis

KEJADIAN INFEKSI Enterobius vermicularis (CACING KREMI)

Kejadain Infeksi Enterobius vermicularis (Cacing Kremi) dan Gambaran Kebersihan Pribadi Pada Anak Umur 5-9 Tahun di Kelurahan Palas Kota Pekanbaru

Latar Belakang

Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memiliki angka kejadian relatif tinggi di Indonesia. Penyakit cacingan ini walaupun telah menginfeksi masyarakat dalam jumlah yang relatif besar tetapi belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dalam upaya penanggulangannya. Anggapan bahwa penyakit cacingan tidak akan menyebabkan kematian merupakan salah satu alasan terabaikannya perhatian pada penyakit ini. Sehingga, penyakit cacingan ini menjadi salah satu penyakit menular yang kurang diperhatikan oleh pemerintah di Indonesia (Gandahusada S, 2006).

Salah satu penyakit cacingan yang masih banyak terjadi di Indonesia adalah infeksi cacing perut dari spesies Enterobius vermicularis (cacing kremi). Penyakit cacingan lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama pada anak umur 5-9 tahun. Hasil penelitian Zulaikah (2011), di Sekolah Dasar Negeri 2 Putat Kidul menunjukkan bahwa pemeriksaan Enterobiasis dari 50 sampel yang diperiksa secara acak didapatkan 14 siswa yang positif terinfeksit Enterobius vermicularis, dimana 6 anak dari siswa kelas 1, 3 dari siswa kelas 2, 2 dari siswa kelas 3, 2 dari siswa kelas 4, dan 1 dari siswa kelas 5.

Hasil survey awal dapat dilihat lokasi pemukiman di Keluran Palas Kota Pekanbaru ditemukan lingkungan yang masih kotor dan anak-anak yang kurang menjaga kebersihan dirinya. Namun, informasi tentang kejadian kecacingan belum pernah dipublikasikan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui tentang kejadian infeksi Enterobius vermicularis (cacing kremi) dan gambaran kebersihan pribadi pada anak umur 5-9 tahun di Keluran Palas Kota Pekanbaru.

Rumusan Masalah

Bagaimana kejadian infeksi Enterobius vermicularis (cacing kremi) dan gambaran kebersihan pribadi pada anak umur 5-9 tahun di Keluran Palas Kota Pekanbaru

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui kejadian infeksi Enterobius vermicularis (cacing kremi) dan gambaran kebersihan pribadi pada anak umur 5-9 tahun di Keluran Palas Kota Pekanbaru.

Tujuan Khusus

  1. Untuk mengidentifikasi telur Enterobius vermicularis (cacing kremi) di Keluran Palas Kota Pekanbaru
  2. Untuk mengetahui persentase infeksi telur Enterobius vermicularis (cacing kremi) di Keluran Palas Kota Pekanbaru

Manfaat Penelitian

  • Bagi Penulis :

Memberikan informasi tentang kejadian infeksi cacing Enterobius vermicularis (cacing kremi)

Bagi Institusi Pendidikan

Menambah referensi perpustakaan SMK Jurusan Analis Kesehatan Yayasan Abdurrab Pekanbaru khususnya dalam bidang parasitologi.

Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya warga Keluran Palas tentang pentingnya masalah kebersihan pribadi untuk mengurangi angka kejadian cacing Enterobius vermicularis (cacing kremi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  • Enterobius vermicularis (cacing kremi)
    • Klasisfikasi Enterobius vermicularis

Kingdom : Animalia

Filum : Nematoda

Kelas : Secernentea

Ordo : Oxyurida

Famili : Oxyuridae

Genus : Enterobius

Spesies : Enterobius vermicularis

  • Morfologi Enterobius vermicularis

Enterobius vermicularis lebih sering disebut dengan nama cacing kremi, karena mempunyai ukuran lebih kecil dari cacing yang lain dan bentuknya khas seperti parutan kelapa. Cacing betina berukuran 8-13 mm dan lebar 0,3-0,3 mm, pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae, sedangkan panjang cacing jantan berukuran 2-5 mm dan lebar 0,1-0,2 mm juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda Tanya (?). Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar, dan usus halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi usus (Sutanto, 2008).

Gambar 2.1 Enterobius vermicularis ( Jantan ( kiri ), Betina ( kanan )

Sumber: Hendro, 2012

Telur Enterobius vermicularis berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetris), tidak berwarna dan transparan. Telur cacing ini berukuran 50 um - 60 um x 20 - 32 um, dinding telur bening dan agak tebal terdiri dari hialin, di dalamnya berisi massa bergranula berbentuk oval yang teratur, kecil, atau berisi embrio.

Gambar 2.2 Telur Cacing Enterobius vermicularis

Sumber: Hendro, 2012

  • Siklus Hidup Enterobius vermicularis

Siklus hidup dimulai dengan keluarnya cacing betina yang grafid bermigrasi kedaerah anus pada waktu malam hari kemudian bertelur dengan cara kotraksi uterus dan melekat pada daerah tersebut. Telur cacing yang infektif dapat bertahan lama, dapat mengkontaminasi lewat makanan, pakaian, tangan karena telur Enterobius vermicularis yang infektif dapat diterbangkan bersama debu kemana-mana. Telur yang masuk ke mulut, di dalam duodenum akan menetas menjadi larva kemudian dewasa di usus besar (Gandahusada S.dkk,2004)

Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa grafid yang berimigrasi ke daerah perianal berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung 1 bulan karena telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir (Irianto, 2013).

Gambar 2.3 Siklus hidup Enterobius vermicularis

 

Sumber: Irianto, 2013

Patologi dan Gejala Klinis

Enterobiasis jarang menimbulkan lesi yang berarti relatif tidak berbahaya. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus, perenium, dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal. Karena cacing bermigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritus ani, maka penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk di sekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya sehingga menyebabkan lemah. Kadang-kadang cacing dewasa mudah dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut. Cacing betina gravid mengembara dan dapat sarang di vagina dan di tuba fallopi sehingga menyebabkan radang di saluran telur (Zulkoni, 2011).

  • Pencegahan infeksi Enterobius vermicularis

Cara pencegahan infeksi Enterobius vermicularis yaitu:

  1. Meningkatkan kesehatan perorangan atau kelompok
  2. Pada anak-anak dianjurkan untuk tidur dengan pakaian tertutup
  3. Menjaga kuku tetap pendek dan bersih
  4. Tangan dicuci bersih sebelum makan
  5. Makanan hendaknya dihindari dari debu dan tangan yang mengandung parasit
  6. Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.
  7. Penyuluhan kesehatan
  8. Perbaikan sanitasi lingkungan
  9. Pemberian periodik secara masal pirvinium pamoat, tiabendazol, mebendazol dan piperazin

Kebersihan Pribadi

Kebersihan pribadi adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang baik fisik maupun psikis untuk mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri dan orang lain. Kebersihan pribadi sangat penting diperhatikan terutama pada masa-masa perkembangan. Dengan kesehatan pribadi yang buruk pada masa tersebut akan mengganggu kualitas sumber daya manusia. Kebersihan pribadi yang tidak memadai merupakan salah satu yang mempengaruhi tingginya prevalensi infeksi cacing (Muliati, 2010).

Kebersihan pribadi yang buruk merupakan cerminan dari kondisi lingkungan dan perilaku individu yang tidak sehat. Pengetahuan penduduk yang masih rendah dan kebersihan yang kurang baik mempunyai kemungkinan lebih besar terkena infeksi cacing. Usaha kesehatan pribadi adalah upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri.

BAB III METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat Deskriptif yaitu dengan pendekatan cross sectional digunakan untuk mengetahui gambaran infeksi telur cacing Enterobius vermicularis pada anak umur 5-9 tahun di Keluran Palas Kota Pekanbaru.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 di laboratorium Parasitologi SMK Abdurrab Jurusan Analis Kesehatan Pekanbaru.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak di Keluran Palas Kota Pekanbaru yang berumur 5-9 tahun.

Sampel

Adapun sampel yang akan diteliti adalah swab anus dari anak di Keluran Palas Kota Pekanbaru yang berumur 5-9 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Kriteria inklusi adalah anak yang tidak memakai alas kaki, kuku panjang dan jorok, sedangkan kriteria eksklusi adalah anak yang tidak mau ikut serta dalam penelitian ini. Berdasarkan kriteria inklusi tersebut maka diambil sampel 30 orang anak.

Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non random (non probability sampling) dengan cara purposive sampling, maksudnya sampel diambil berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri

seperti anak di Keluran Palas Kota Pekanbaru yang mempunyai ciri-ciri kuku panjang dan kurang bersih, cara berpakaian yang kurang rapi, atau berdasarkan sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2005).

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mendatangi rumah anak satu persatu yang terlebih dahulu didata. Anak disuruh untuk mengambil posisi membungkukkan punggungnya lalu menghadapkan anusnya pada pemeriksaan, selotip berperekat ditempelkan pada daerah perianal kemudian ditekan beberapa kali dan diulang untuk sisi lainya, selotip diambil lalu diletakan pada objek glass dan diratakan.

Prosedur Kerja

Alat dan Bahan

  1. Alat

Alat yang digunakan yaitu: pita plastik perekat (selotip), objek glass, kertas label, gloves (sarung tangan), dan mikroskop.

  1. Bahan

Spesimen yang diambil berupa perianal swab (apusan perianal) dengan pita perekat.

Pemeriksaan Sampel

  1. Prinsip Kerja

Pita perekat transparan (selotip) ditempelkan ke permukaan kulit anus kemudian pita perekat tersebut ditempelkan pada objek glass dan selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop lensa objektif 10x dan lensa objektif 40x (Zulaikah, 2011).

  1. Prosedur Kerja
    1. Ambil perekat transparan (selotip) yang bersih
    2. Tempelkan pada permukaan kulit anus dengan sedikit ditekan, lakukan berulang pada sisi yang lain
    3. Kemudian selotip diambil lalu diletakkan pada objek glass
  1. Kemudian sediaan siap diperiksa di bawah mikroskop pada pembesara lensa objektif 10x dan lensa objektif 40x (Zulaikah, 2011).

Interprestasi Hasil

  1. Hasil dinyatakan positif (+) apabila ditemukan telur Enterobius vermicularis.
  2. Hasil dinyatakan negatif (-) apabila tidak ditemukan telur

Enterobius vermicularis.

Pengumpulan Data

  1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data harus sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam pemeriksaan telur Enterobius vermicularis, kemudian dibentuk dan dikumpulkan dengan membuat tabel data.

  1. Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa data univariat. Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada tiap variabel dari hasil penelitian kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dari pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi SMK Abdurrab Pekanbaru, ditemukan telur cacing Enterobius vermicularis pada sampel anak umur 5-9 tahun di Keluran Palas Kota Pekanbaru.

Tabel 4.1

Hasil Identifikasi Telur Cacing Enterobius vermicularis pada anak SD 144 Kota Pekanbaru

 

Hasil

Jumlah Anak SD

Persentase

Positif

 

6

20%

Negatif

 

24

80%

Jumlah

 

30

100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi SMK Abdurrab Pekanbaru bahwa hasil positif (+) sebanyak 6 orang anak (20%) dan hasil negatif (-) sebanyak 24 orang anak (80%) dari 30 anak umur 5-9 tahun.

Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan sampel berupa swab anus pada anak anak umur 5-9 tahun di Keluran Palas Kota Pekanbaru dari 30 sampel dinyatakan 6 orang anak terinfeksi telur cacing Enterobius vermicularis dengan persentase 20%. Anak yang terinfeksi Enterobius vermicularis tersebut dapat dilihat berdasarkan berat badannya yang menurun, gelisah dan cepat marah, dan juga sering menggaruk anus pada malam hari. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya, tidak mencuci bersih setelah buang air dan sebelum makan, kebiasaan anak tidak menggunakan sendok, kuku jari yang panjang, jarang mengganti celana dalam. Kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat juga mempengaruhi infeksi cacing ini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Zulaikah (2011), di Sekolah Dasar Negeri 2 Putat Kidul menunjukkan bahwa pemeriksaan Enterobiasis dari 50 sampel yang diperiksa secara acak didapatkan 14 siswa yang positif terinfeksit Enterobius vermicularis, dimana 6 anak dari siswa kelas 1, 3 dari siswa kelas 2, 2 dari siswa kelas 3, 2 dari siswa kelas 4, dan 1 dari siswa kelas 5. Hal ini menunjukkan bahwa anak pada umur 5-9 tahun rentan terhadap infeksi cacing ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang kejadian infeksi Enterobius vermicularis (cacing kremi) dan gambaran kebersihan pribadi pada anak umur 5-9 tahun di Keluran Palas Kota Pekanbaru, dari 30 sampel yang diperiksa di laboratorium parasitologi SMK Abdurrab Pekanbaru dinyatakan positif terinfeksi telur cacing Enterobius vermicularis sebanyak 6 orang anak dengan persentase (20%), sedangkan yang negatif sebanyak 24 orang anak dengan persentase (80%).

Saran

  1. Disarankan pada peneliti berikutnya yang akan meneliti tentang pemeriksaan telur cacing Enterobius vermicularis pengambilan sampel dilakukan pada malam
  2. Bagi Sekolah mendapat tambahan ilmu dan berbagai pengetahuan tentang kejadian infeksi Enterobius vermicularis (cacing kremi) dan gambaran kebersihan pribadi pada anak umur 5-9 tahun
  3. Disarankan pada puskesmas dan orang tua selalu memberikan bimbingan kepada anak agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mengurangi angka kejadina